Hubungan antara 23 April dan buku
bermula dari acara perayaan La Diada de Sant Jordi alias Sant Jordi di
Catalunya, Spanyol. Pada 23 April 1923, para pedagang buku di Catalunya
mengadakan acara festival buku pada momen perayaan tahunan masyarakat Catalan tersebut
Sebelum 1923, festival yang diadakan untuk memperingati hari kematian Saint George, santo pelindung dari Catalunya, pada 23 April tahun 303 itu hanya identik dengan pemberian mawar merah kepada teman-teman, anggota keluarga dan pasangan. Namun sejak 1923 Sant Jordi juga dikenal identik dengan pemberian buku dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan buku.
Sebelum 1923, festival yang diadakan untuk memperingati hari kematian Saint George, santo pelindung dari Catalunya, pada 23 April tahun 303 itu hanya identik dengan pemberian mawar merah kepada teman-teman, anggota keluarga dan pasangan. Namun sejak 1923 Sant Jordi juga dikenal identik dengan pemberian buku dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan buku.
Ide mengadakan festival buku pada
waktu yang bersamaan dengan tradisi La Diada de Sant Jordi (yang berarti Hari
Saint George) --atau yang kini dikenal juga sebagai El Dia de la Rosa (Hari
Mawar) maupun El Dia del Llibre (Hari Buku), berasal dari Vicente Clavel
Andrés, penulis asal Valencia, untuk menghormati mendiang Miguel de Cervantes
Saavedra yang meninggal pada tanggal dan bulan yang sama seperti Saint George,
yakni 23 April dengan tahun yang berbeda. Beda waktu kematian Cervantes dan
kematian Saint George adalah tepat 1.313 tahun.
Miguel de Cervantes Saavedra |
Cervantes adalah seorang tokoh
yang juga melegenda di Catalunya karena dianggap sebagai seorang penulis
berbahasa Spayol terbesar yang pernah ada. Bahkan, karyanya yang berjudul Don
Quixote disebut-sebut sebagai karya sastra terbaik di dunia.
Pada 2012 lalu para editor
Norwegian Book Clubs bekerja sama dengan Norwegian Nobel Institute, membentuk
sebuah tim panel yang terdiri dari 100 orang penulis dari 54 negara. Para
penulis di dalam tim itu antara lain Milan Kundera, Doris Lessing, Seamus Heaney,
Salman Rushdie, Wole Soyinka, John Irving, Nadine Gordimer dan Carlos Fuentes.
Norwegian Nobel Institute |
Seratus penulis itu kemudian
diminta untuk memilih “karya-karya sentral nan terbaik di dalam dunia
kesusastraan”. Hasilnya, terpilih 100 judul buku terbaik dan Don Quixote adalah
salah satunya.
Meski keseratus buku yang
terpilih tersebut tak diberikan peringkat, para editor Norwegian Book Clubs
mengungkapkan Don Quixote menerima 50 persen voting lebih banyak ketimbang buku
lainnya. Dengan kata lain, Don Quixote tepilih sebagai karya sastra terbaik
jika penentuannya mutlak berdasarkan jumlah hasil voting tersebut.
Dalam daftar seratus buku terbaik
itu juga terdapat tiga judul naskah drama karya William Shakespeare, sastrawan
cum dramawan terbesar Inggris. Ketiga judul karya Shakespeare itu adalah
Hamlet, Othello dan King Lear.
Kembali pada perayaan tahunan
Sant Jordi. Tak dapat dipungkiri, festival buku di Catalunya ini telah memberi
inspirasi pada tradisi perayaan buku di dunia. UNESCO alias Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB kemudian menetapkan tanggal 23 April
sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia atau biasa juga disebut sebagai Hari
Buku Sedunia.
Perayaan Hari Buku Sedunia yang
mulai diadakan sejak tahun 1995 di Paris ini bertujuan untuk memberikan penghargaan
kepada buku-buku dan para penulis serta mempromosikan budaya membaca,
penerbitan dan hak cipta.
Berdasarkan penjelasan UNESCO,
tanggal 23 April dipilih karena pada 23 April 1616 ada beberapa sastrawan besar
dunia yang meninggal dunia. Berdasarkan sistem Kalender Gregorian yang
digunakan Spanyol dan Kalender Julian yang dipakai Inggris, Cervantes dan
Shakespeare meninggal tepat pada tanggal tersebut.
Tak hanya kedua penulis di atas,
penulis besar Spanyol lainnya, Inca Garcilaso de La Vega, juga meninggal pada
23 April 1616. Uniknya, 23 April juga merupakan tanggal kelahiran para penulis
besar dunia lainnya seperti Maurice Druon, Haldor K. Laxness, Vladimir Nabokov
dan Manuel Mejía Vallejo pada tahun-tahun yang berbeda.
Inca Garcilaso de La Vega |
Sejak 2001, UNESCO bersama
organisasi-organisasi internasional lainnya yang mewakili tiga sektor industri
perbukuaan --penerbit, penjual buku dan perpustakaan, secara khusus memilih
suatu kota sebagai Ibu Kota Buku Dunia. Kota yang terpilih tersebut akan
menyandang predikat Ibu Kota Buku Dunia selama setahun, dimulai pada tanggal 23
April tahun tersebut hingga 22 April tahun berikutnya.
Pada tahun 2017 ini, Conakry
terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia. Kota yang terletak di Guinea, Afrika
Barat itu terpilih "karena kualitas dan keragaman programnya, terutama
fokusnya terhadap keterlibatan masyarakat,” kata tim panitia seleksi. Panitia
seleksi Ibu Kota Buku Dunia juga menambahkan alasan memilih ibu kota negara
Guinea itu lantaran “anggaran yang terstruktur dengan baik dan tujuan
pembangunan yang jelas dengan penekanan kuat pada pemuda dan keaksaraan."
Setiap tahun UNESCO membuka
pendaftaran bagi kota-kota di seluruh dunia yang ingin mengajukan diri menjadi
Ibu Kota Buku Dunia dengan mengirimkan sejumlah dokumen persyaratan. Untuk 2018
mendatang Athena di Yunani telah terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia ke-18.
Adapun kota-kota yang pernah
terpilih sebagai Ibu Kota Buku Dunia lainnya adalah Madrid (2001), Alexandria
(2002), New Delhi (2003), Antwerp (2004), Montreal (2005), Turin (2006), Bogota
(2007), Amsterdam (2008), Beirut (2009), Ljubljana (2010), Buenos Aires (2011),
Yerevan (2012), Bangkok (2013), Port Harcourt (2014), Incheon (2015) dan
Wroclaw (2016).
Kapan ya kota di
Indonesia terpilih menjadi Ibu Kota Buku Dunia?
SELANJUTNYA : Klik Disini
https://m.kumparan.com/utomo-priyambodo/mengapa-23-april-diperingati-sebagai-hari-buku-sedunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar