TUGU MONUMEN NASIONAL |
Menurut sejarah terbentuknya,
Monas dibangun hanya untuk mengenang dari jasa serta perjuangan para
pahlawan-pahlawan dalam mengusir penjajah belanda yang berada di Indonesia.
Pendirian tugu Monas sendiri diperintahkan secara langsung oleh bapak proklamator
sekaligus Presiden Indonesia di kala itu, yakni Bapak Ir. Soekarno, dengan
mengandeng seorang arsitek yang bernama Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono.
SOEKARNO INSPECT MONAS |
Monas merupakan monumen (tugu)
yang bersimbol keperkasaan perjuangan bangsa Indonesia. Terletak di tengah
lapangan Merdeka, yang salah satu bagiannya yakni lapangan Ikada yang pernah
digunakan Soekarno dan Hatta sebagai tempat mengadakan rapat raksasa. Keduanya
mengumpulkan kekuatan rakyat untuk mengusir penjajah yang akan kembali dan
merebut kekuasaan pemerintah dari Jepang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954
sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional yang diperuntukkan hanya untuk semua WNI baik
secara kolektif atau individu, yang dibuka 17 Februari 1955 dan ditutup Mei
1956. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat
oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara
lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama
berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak
satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta
Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Soekarno. Akan tetapi Soekarno
kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga
dan yoni.
Frederich Silaban |
Sayembara kedua dibentuk dengan
juri dengan Kepres RI No. 33/1960 dan dimulai 10 Mei 1960. Bentuk tugu yang
diharakan panitia sebaiknya mencerminkan kepribadian Indonesia, karya budaya
yang menimbulkan semangat patriotik, tiga dimensi, tidak rata, menjulang
tinggi, terbuat dari beton, besi, dan batu pualam, serta bisa tahan 1.000
tahun. Dalam sayembara ulangan yang ditutup 15 Oktober 1960, dari peserta 222
orang dan 136 rancangan, masih belum bisa memenuhi kriteria yang ditetapkan
panitia.
Arsitek R.M. Soedarsono |
Sebagai ketua juri, Presiden
Soekarno kemudian menunjuk arsitek Soedarsono dan F. Silaban untuk membuat
rencana rancangan Tugu Nasional. Setelah ‘rencana gagasan’ disetujui pada 1961,
maka dimulai pemancangan tiang pertama tanggal 17 Agustus 1961.
Saat itu dalam pelaksanaannya,
Soedarsono bertindak sebagai direksi pelaksana, PN Adhi Karya sebagai pelaksana
utama atas dasar upah ditambah jasa, Prof. Ir. Rooseno sebagai supervisor dalam
konstruksi beton bertulangnya. Dalam hal wewenang kekuasaan daerah, koordinasi,
logistik, perjanjian kerja dengan kontraktor dipegang oleh Umar Wirahadikusuma.
Proklamasi 17 Agustus 1945
dijadikan simbol yang dituangkan dalam wujud tugu yakni pembangunan Monas. Hal
itu bertujuan agar rakyat selalu bisa mengenang peristiwa yang luar biasa
tersebut. Pembangunannya pun dilaksanakan dalam 3 tahap.
Prof. Ir. Rooseno supervisor dalam konstruksi beton bertulang |
Umar Wirahadikusuma
|
Tahap pertama dalam rentang waktu
1961/1962 – 1964/1965, pembangunan dimulai secara resmi pada tanggal 17 Agustus
1961 oleh Presiden Soekarno yang secara seremonial meletakkan pasak beton
pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360
pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan
pemasangan fondasi selesai pada Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan
selesai pada bulan Oktober. Kemudian pembangunan obelisk dimulai dan akhirnya
rampung pada bulan Agustus 1963.
Tahap kedua berlangsung pada
rentang waktu 1966 hingga 1968. Akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965
(G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda.
Tahap akhir berlangsung pada
tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun
pembangunan telah selesai, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran
air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan
diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia kedua,
Soeharto.
Adapun tempat pembangunan monumen
ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami 5 kali
penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka,
Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, 2 buah
kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga.
Monumen Nasional terdiri atas
beberapa bagian, yaitu: Pintu Gerbang Utama, Ruang Museum Sejarah, Ruang
Kemerdekaan, Pelataran Cawan, Puncak Tugu, Api Kemerdekaan, serta Badan Tugu.
Seluruh ukuran yang terdapat dalam Tugu Nasional sudah disesuaikan dengan angka
hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17-08-1945.
Ruang Museum Sejarah
DIORAMA DIRUANG MUSEUM SEJARAH |
Diorama ini dimulai dari sudut
timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia.
Mulai masa prasejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan
nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama
berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20.
Ruang Kemerdekaan
TANGGA MASUK RUANG KEMERDEKAAN |
RUANG KEMERDEKAAN |
Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas |
Pelataran Puncak Tugu
PELATARAN PUNCAK TUGU |
Di pelataran yang mampu menampung
sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana
pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari
halaman tugu Monas.
Di puncak Monumen Nasional
terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5
ton dan dilapisi emas 35 kg. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter
dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini
sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu
ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kg, akan tetapi untuk menyambut perayaan
setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas
ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kg lembaran emas.
PELATARAN PENOPANG LIDAH API |
Puncak tugu berupa “Api Nan Tak Kunjung Padam” yang bermakna agar bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945). Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Lidah api yang terbuat dari
perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter,
terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan
emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi
lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.
Puncak tugu berupa 'Api Nan Tak
Kunjung Padam' yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat
yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang
masa
Kolam Pendingin
KOLAM PENDINGIN |
Ruang Mesin
Guna memenuhi listrik untuk penerangan dan pendingin udara (AC) dibuat gardu induk dalam bangunan tersendiri dibawah tanah (bunker) disisi utara Taman Medan Merdeka.
Patung Diponegoro
Keberadaan patung diponegoro dibagian Utara Taman Medan Merdeka menambah keagungan dan keanggunan terdendiri terhadap bagunan Tugu Monumen Nasional. Patung yang dibuat pemahat Italia Prof. Cobertaldo ini adalah sumbangan Konsul Jendral Kehormatan Indonesia, Dr. Mario Pitto sebagai penghargaan dan tanda terima kasih serta kekagumannya terhadap bangsa Indonesia.
Terowongan Bawah Tanah
Terletak dikedalaman 4 meter di
bawah Monas, museum ini hanya bisa dimasuki melalui 1 terowongan bawah tanah
yang berada di bawah lingkar Monas yang menghadap ke arah patung pangeran Diponegoro
yang sedang menaiki kuda.
Pintu masuk terowongan tersebut
berada di belakang patung pangeran Diponegoro, cukup menuruni tangga dan ikuti
saja jalan lalu kita akan bertemu dengan loket tiket.
Relief Sejarah Indonesia
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam. NEXT
ARTI ANGKA PADA TUBUH MONAS ADALAH TANGGAL KEMERDEKAAN INDONESIA |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar