Itsar (لْإِيثَارُا ), secara bahasa bermakna melebihkan
orang lain atas dirinya sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah
mulai hilang di masa kita sekarang ini,
Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah
dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan juga dicintai oleh
setiap makhluk
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda,“Orang yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa jalla adalah
yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah kesenangan yang diberikan kepada sesama muslim,
menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa
laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk
menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini
(Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barangsiapa berjalan bersama salah seorang
saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya sampai selesai, maka Alloh akan
meneguhkan tapak kakinya pada hari ketika semua tapak kaki tergelincir.
Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka yang merusak
madu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan)
“Siapa yang melepaskan kesusahan
seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat.
Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya)
di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya
Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong
hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim)
“Saling menghadiahilah kalian
niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no.
594, dihasankan Al-Albani rahimahullah dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)
Dan kemudian di kuatkan dengan
hadits “Saling menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan
mencabut/menghilangkan kedengkian.” (HR. Al-Bazzar no. 1937,dengan sanad dhoif,
lihat pembahasannya dalam Irwa`ul Ghalil, 6/45, 46)
Dari hadist dijelaskan bahwa
mendahulukan kepentingan orang lain adalah akhlak mulia. Apalagi dalam keluarga
sendiri, keluarga yang diciptakan Allah untuk melindungi kita dan menerima kita
disaat yang lain tidak mau menerima.
Keluarga adalah tempatnya kita
saling memberi, saling melindungi dan saling menyayangi. Tempat berlindungi
disaat yang luar sana menyakiti, tempat menangis dikala bersedih hati dan yang
akan tetap menerima kita bahkan dalam keadaan terbutuk kita dan yang pasti akan
terus memaafkan karena saudara tidak akan pernah bisa menegakan hatinya untuk
membenci sepenuhnya.
Nabi bersabda : “Jika salah
seorang diantaramu miskin, hendaklah dimulai dengan dirinya, jika ada kelebihan
maka untuk keluarganya, jika ada kelebihan lagi untuk kerabatnya.” Atau beliau
bersabda : “Untuk yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian apabila
masih ada barulah untuk ini dan itu.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Dalam keluarga tentu saja harus
saling menyelamatkan dan saling melindungi. Kesusahan kakak atau adik adalah
kesusahan bersama. Apakah sukses sendiri akan membawa kebahagiaan yang hakiki? Sedangkan
diluar sana saudara kita sedang membutuhkan karena tidak berpunya.
Banyak contoh indahnya keakraban
dalam persaudaraan, namun tidak sedikit pula kasus perkelahian antar saudara. Tidak
adanya lagi rasa saling menyayangi, menghormati yang lebih tua dan menyayangi
yang muda.
Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah
termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak
menyayangi yang muda” (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrani)
Tetap pertahankan jalinan indah persaudaraan,
karena biasanya rasa cinta itu datang setelah kehilangan. Apa harus menunggu
kehilangan dulu baru kita akan mencintai saudara kita sendiri?
Perlu diingat “Disaat yang lain
pergi meninggalkanmu karena kekuranganmu dan kesalahan kecil dan besarmu, maka
saudaramu lah yang maju paling depan untuk mengulurkan tangan” next
Tidak ada komentar:
Posting Komentar