Selama ini mungkin kita sering
mendengar larangan dari orang tua atau teman untuk tidak mubazir saat makan,
maksudnya tidak boleh menyisakan makanan. Jika sekiranya tidak akan mampu
menghabiskan banyak, maka akan lebih baik diambil sebanyak semampu kita
menghabiskannya. Tapi, sebenarnya sifat mubazir yang dimakasud tidak hanya soal
makanan saja.
Seiring perubahan zaman, banyak
kita lihat banyaknya bermunculan produk-produk dan barang-barang branded yang
dijual dengan harga yang fantastis. Bagi sebagian orang, mungkin merk bukanlah
hal yang utama, yang penting masih bisa digunakan dengan baik dan bermanfaat
tanpa perlu mengeluarkan biaya yang berlebihan. Namun, bagi sebagian lagi, merk
dan harga barang adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan, selain
untuk bersaing dengan teman-teman yang memakai merk tersebut, juga untuk
menutupi gengsi dan bahkan untuk dipamerkan di media sosial.
Fenomena ini sangat miris memang,
karena sudah menjadi penyakit dikalangan masyarakat, yang terkesan terlalu
memaksakan diri untuk memenuhi sesuatu yang bukan kemampuannya. Dan juga, bagi
yang mampu, mungkin akan lebih baik menggunakannya kelebihan hartanya untuk
hal-hal yang lebih perlu dan penting. Karena sifat boros dan mubazir itu adalah
salah satu sifat yang tidak disukai oleh Allah swt.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) :
boros/bo·ros/ a 1
berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang, dan sebagainya: orang yang
hidupnya -- tak akan menjadi kaya; 2 lepas, terurai (tentang tali yang
dikaitkan): tali gasingnya --; 3 banyak dalam pemakaian tenaga, bensin, dan
sebagainya (tentang mesin dan sebagainya): mobilnya -- bensin;
memboroskan/mem·bo·ros·kan/ v
memakai (mengeluarkan) uang, barang, dan sebagainya secara berlebih-lebihan;
menghambur-hamburkan uang dan sebagainya: ia - gajinya untuk berfoya-foya;
pemboros/pem·bo·ros/ n 1 orang
yang berlebihan dalam pemakaian uang, barang, dan sebagainya; 2 tabiat boros;
pemborosan/pem·bo·ros·an/ n
proses, cara, perbuatan memboroskan (tentang pemakaian uang, barang, tenaga,
dan waktu);
Sedangkan dalam Alquran, Allah
SWT dengan jelas mengatakan bahwa mubazir atau boros itu adalah sifatnya setan.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
"Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara setan" (Q.S Al Israa : 27)
Beberapa Contoh Sifat Boros dalam
Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang
mahal-mahal karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu
kredit tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air
bersih dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari
penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan
membuang-buang makanan
6. Senang membeli barang yang
tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa
telepon, bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal
biayanya
Beberapa Efek/Dampak Buruk
Perilaku/Gaya Hidup Boros :
1. Uang yang dimiliki cepat habis
karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu)
yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang
membutuhkan & beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta
untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri,
dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa
hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika
hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar
yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada
menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk
saat krisis
Kenapa disebut Saudara Setan?
Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan, "Allah ingin membuat manusia menjauhi sikap boros dengan mengatakan: "Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan". Dikatakan demikian karena orang yang bersikap
boros menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Katsir juga mengatakan, "Disebut saudara setan karena orang yang boros dan menghambur-hamburkan harta
akan mengantarkan pada meninggalkan ketaatan pada Allah dan terjerumus dalam
maksiat". (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 475)
Dalam tafsir Jalalain disebutkan
bahwa orang yang boros, mereka telah mengikuti jalan setan sehingga disebut
dalam ayat mereka adalah saudara setan. (Tafsir Al Jalalain, 294)
Syaikh As Sa’di rahimahullah
mengatakan, "Orang yang boros disebut temannya setan karena setan tidaklah
mengajak selain pada sesuatu yang tercela. Setan mengajak manusia untuk pelit
dan hidup boros atau berlebih-lebihan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk
bersikap sederhana dan pertengahan (tidak boros dan tidak terlalu pelit)".
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ
إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ
يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ
قَوَامًا
"Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian".(QS. Al Furqan: 67).(Taisir Al Karimir Rohman, 456)
Dengan merenungkan ayat ini, kita
akan memahami bahwa membeli satu puntung rokok untuk dihisap atau membeli satu
gelas wiski, itu disebut boros karena telah menyalurkan harta ke jalan yang
keliru.
Ya Allah, karuniakanlah pada kami
sikap sederhana dalam hidup dan tidak tergiur pada gemerlapnya dunia. Aamiin.
SUAMI SOLEH CALON PENGHUNI SURGA : Baca disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar