Isra’ Mi’raj merupakan mukjizat
terbesar Rasulullah saw setelah Al Qur’anul karim, karena Isra’ Mi’raj adalah
perjalanan ibadah yang tujuan utama dari perjalanan ini adalah menjemput
perintah ibadah Shalat lima waktu, yang merupakan pondasi utama dari agama
islam.
Ibadah lain di perintahkan Allah
swt melalui perantara malaikat jibril kepada Rasulullah saw, melalui wahyu,
sedangkan ibadah Shalat di jemput langsung oleh Rasulullah saw di hadapan Allah
swt melalui perjalanan yang sangat jauh, tidak saja perjalanan bumi dan angkasa
raya, tetapi sampai kealam syahadah, ke Sidratul Muntaha.
Imam Bukhari meriwayatkan dari
Qatadah, Anas bin Malik, Malik bin Sha’Sha’ah, sesungguhnya Nabi Muhamad saw
pernah menceritakan pada sahabat tentang malam beliau di Isra’kan. Beliau bersabda
“Disaat terjadinya malam Isra’ aku berada di Mekkah berada dalam keadaan tidur
dan jaga, maka Jibril datang menghampiriku, sahutnya “”Ya Muhamad Tegaklah” dan
aku pun berdiri, waktu itu Jibril bersama Mikail “Serahkan padaku bejana
Zam-zam untuk membersihkan hati Muhamad dan melapangkan dadanya” Lalu mulai
Jibril membelah perutku dan mencucinya tiga kali dan Mikail telah menyerahkan
kepadanya tiga bejana penuh air, dan ia pun melapangkan dadaku, mencuci bersih
kotoran (Dengki) dan memenuhinya dengan hikmah, ilmu dan iman, serta
menyematkan Khatamul nubuwwah (Pangkat kenabian) diantara kedua bahuku.
Selanjutnya Jibrl menuntunku ke
sumur zam-zam, ia berseru kepad Mikail “Serahkan kepadaku sebuah bejana yang di
penuhi air zam-zam atau air telaga Al Kausar” ia pun menyuruhku berwudhu,
setelah itu ia beseru “Ya Muhamad, Berangkatlah!” jawabku “Berangkat kemana?”
sahutnya “Berangkat menuju Tuhanmu dan Tuhannya segala sesuatu” maka mulai lah
kami berangkat.
Ketika itu aku berkendaraan
Buraq, dia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Himar dan lebih rendah dari
pada Bighal. Pipinya persis pipi manusia, ekornya persis ekor unta, rambut
kepalanya persis rambut kepala kuda, tegak kakinya persis unta, telapaknya
persis telapak sapi. Punggung nya bagai mutiara putih, padanya pakaian hias
tunggangan dari surga, dua sayapnya terletak pada kedua pahanya yang digunakan
untuk terbang bagaikan kilat. Sekali langkahnya mampu menembus akhir batas
penglihatannya.
Jibril pun berseru “Silahkan naik
ya Muhammad” ternyata buraq ini pernah di kendarai Nabi Ibrahim AS untuk ziarah
ke Baitul Haram Mekkah. Maka naiklah aku ke atasnya dan melajulah ia didampingi
oleh Jibril.
Kemudian Jibril berseru “Turunlah
ya Muhammad, silahkan melakukan Shalat” lalu akupun turun dan melakukan Shalat,
Jibrilpun berkata “Tahukah Kamu Muhammad dimana kamu Shalat?” jawabku “Tidak
tahu” dan ia pun menjelaskan “Itulah kota Madinah dan Insya Allah dalam waktu
dekat anda akan berhijrah ke tempat itu”
Kemudian kami terus melaju
sehingga Jibril berseru lagi “Turunlah ya Muhammad, Silahkan melakukan Shalat”
aku pun Turun dan Shalat, kembali ia bertanya “Tahukah anda dimana anda
Shalat?” jawabku “Tidak tahu” dia pun menjelaskan, “bahwa tempat itu adalah
bukit Thursina, tempat nabi musa diwawancarai oleh Allah swt”
Kemudian kami melaju lagi hingga
Jibril berseru lagi untuk turun dan Shalat dan dia kembali bertanya “Tahukah
anda dimana anda Shalat?” jawabku “Tidak tahu”, ia menjelaskan, bahwa aku
Shalat di Bait Lehem, suatu tempat dimana Nabi Isa dilahirkan.
Setelah itu kami pun terus melaju
hingga sampai pada langit dunia dan mengetuk, berkatalah kepada Jibril “Ini
siapa” Jibril menjawab “Jibril” dikatakan “Siapa bersamamu?” Jibril menjawab
“Dia Muhammad, dia di utus Allah swt untuk keperluan ini?” dan dikatakan lagi “ya, selamat datang, sebaik-baik kedatangan
adalah kedatangnmu”, dibukalah pintu
langit itu. Tiba-tiba didalam langit itu terdapat Adam, Jibril berkata “Ini
adalah bapakmu Adam” dan aku pun memberi salam padanya, lalu dia menjawab salam
dan berkata “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh”
Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit yang ke dua, dikatakan “Siapa ini” Jibril menjawab “Jibril” Ditanyakan
“Siapa bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad” dikatakan “Selamat datang dan
sebaik-baik kedatangan adalah kedatangan dia” maka di bukalah pintu langit
kedua itu pada kami, ketika aku sampai aku bertemu Yahya dan Isa, Jibril
berkata “Ini adalah Yahya dan Isa” aku memberi salam kepada mereka, lalu mereka
menjawab dan berkata “Selamat datang Saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh”
Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit ke tiga, dan dia mengetuk. Dikatakan “Ini siapa?” Jibril menjawab
“Jibril” ditanyakan “Siapa bersamamu” Jibril menjawab “Muhammad, dan dia telah
di utus”, dia berkata “Ya, selamat datang dan sebaik-baik kedatangan adalah
kedatanganmu. Lalu dibukalah pintu langit dan didalamnya aku bertemu Yusuf,
Jibril berkata “Ini adalah Yusuf”, aku memberi salam pada Yusuf dan dia menjawab dan berkata “Selamat datang
saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh”
Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit ke empat, lalu ia mengetuk, dikatakan “Siapa ini?”, Jibril menjawab
“Jibril”, ditanyakan “Dan siapa bersamamu?”, jibril menjawab “Muhammad”
ditanyakan lagi “Adakah dia telah di utus?” Jibril menjawab “Ya”, lalu ia
menjawab “Ya, Selamat datang dan sebaik-baik kedatangan adalah kedatangannya”.
Lalu dibukalah pintu langit, setiba aku disana datanglah Isris, jibril berkata
“Ini adalah Idris” aku memberi salam pada Idris, ia menjawab “Selamat datang saudara
yang saleh dan Nabi yang saleh”
Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit ke lima dan mengetuk, dikatakan “Siapa?” Jibril menjawab “Jibril”
ditanyakan “Siapa bersamamu” Jibril menjawab “Muhammad” ditanyakan lagi “Adakah
dia telah diutus” Jibril menjawab “ya” dan penjaga langit itu berkata “Ya,
sebaik-baik kedatangan adalah kedatangannya”setelah pintu langit dibuka
ternyata Harun sudah disana, Jibril berkata “Ini adalah Harun” kami memberi
salam kepada Harun, lalu ia menjawab dan berkata “Selamat datang saudaraku yang
saleh dan Nabi yang saleh”.
Kemudian Jibril kembali membawaku
naik ke langit ke enam dan mengetuk, kemudian penjaga langit bertanya “Siapa
ini?” Jibril menjawab “Jibril", dia bertanya lagi “Siapa bersamamu?”,
Jibril menjawab “Muhammad, dan ia telah di utus” sang penjaga langit berkata
“Selamat datang dan sebaik-baik kedatangan adalah kedatanganmu”. Setelah kami
tiba disana Jibril berkata “ini adalah Musa”
ia memberi salam kepadanya dan akupun memberi salam. Ia menjawab dan
berkata “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh”. Setelah aku
berlalu ia menangis, dan bertanyalah Jibril kepadanya “Apa yang membuatmu
menangis?” dia berkata “Aku menangis karna seorang muda diutus sesudah aku dan
umatnya lebih banyak masuk surga dari pada umatku”
Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit ke tujuh dan mengetuk, penjaga langit bertanya “Siapa ini?”, Jibril
menjawab “ Jibril”, dia bertanya lagi “siapa bersamamu” , Jibril menjawab
“Muhammad”, ia berkata “Adakah ia telah diutus?” Jibril menjawab “Ya”
berkatalah penjaga langit “selamat datang, dan sebaik-baik kedatangan adalah
kedatanganmu”. Setelah aku sampai Ibrahim telah berada disana dan kami memberi
salam kepadanya “Ini adalah bapakmu Ibrahim” dia menjawab dan berkata ‘’
selamat datang Anak yang saleh dan Nabi yang saleh’’
Semua malaikat surga yang
menyambutku memberikan salam, sambutan mereka “salam sejahtera tetaplah kepada
anda, Nabi utusan pertama dan yang terakhir serta yang menghimpun”. Akupun
kagum dengan sambutan mereka, dan aku pun bertanya kepada Jibril “kenapa mereka
menyambutku demikian?”, jawabnya “sesungguhnya anda adalah orang yang pertama
faktor penyebab terbukanya bumi dan dari sebab umatmu, engkau lah orang yang
pertama yang diizinkan memberi syafaat, juga sebagai pelaksana pertama. Dan
andalah selaku penutup dari sekian banyaknya Nabi-Nabi dan sebagai penghimpun
berikut umatmu”.
Dan kemudian kami berjalan sampai
ke pintu Mesjid, Jibril menurunkan aku dan menambatkan Buraq pada lubag yang
biasa dipakai para Nabi dengan tali sutra dari surga”
Kemudian aku di angkat ke
Sidratil Muntaha, yaitu sebuah pohon yang lebat daunnya, satu lembar saja
daunnya dapat menutup seluruh permukaan dunia dan buahnya seperti bejana airnya
Dewi hajar.
Jibril berkata “Ini adalah
Sidratil Muntaha”. Dan di bawahnya mengalir empat buah sungai, dua sungai
bathin dan dua sungai dhahir. Aku bertanya “Apa ini wahai Jibril?” , jibril
menjawab “Dua sungai bathin, itulah dua sungai di surga, dua sungai dhahir,
maka itulah sungai Nil dan Furat”.
Kemudian aku dibukakan Baitul
Makmur, dimana setiap hari ada tujuh puluh Malaikat memasukinya. Kemudian dia
datang kepadaku dengan membawa tempat wadah berisi khamar, sebuah tempat berisi
susu, dan sebuah tempat lagi berisi madu. Aku memilih susu, dan Jibril berkata
“dia adalah fitrah, dimana kamu dan umatmu berada diatasnya".
Saat aku telah sampai di Sidratil
Muntaha berkatalah Jibril “Duluan lah wahai Muhammad’’, aku menjawab “Hai
jibril, engkaulah yang maju duluan”, Jibril berkata “Wahai Muhammad, Andalah
yang duluan maju, sebab anda lebih mulia dari pada saya”
Maka aku pun maju duluan dan
Jibril mengikuti dibelakangku, hingga sampai lah aku ke Hijab dan bergeraklah
Hijab tersebut, sang penjaga Hijab bertanya “siapakah itu?” Jibril menjawab
“Jibril dan Muhammad”, penjaga Hijab itu berseru “Allahu Akbar” tangannya
mengulur dari balik Hijab tersebut dan membawaku naik sedangkan Jibril berbalik
arah, aku bertanya pada Jibril “hendak kemana wahai Jibril?”, Jibril menjawab
“Wahai Muhammad, bahwasanya kita memiliki masing-masing makam tertentu, dan inilah
batas akhir makhluk-makhluk kecuali para petugas tertentu, dan membolehkan aku
mendekati dinding ini hanyalah berkat penghormatan dan memuliakanmu, untuk itu
aku tidak boleh mengantarkanmu lebih jauh lagi”. Konon Jibril berkata “jika aku
melangkah satu langkah saja, maka aku akan hancur”
Maka Malaikat penjaga Hijab itu
membawaku lebih cepat lagi dibanding kejapan mata hingga sampailah aku ke Hijab
berikutnya, Hijab itupun bergerak dan Malaikat penjaga Hijab itupun menyapa
“siapa?”, penjaga Hijab pertama menjawab “Aku penjaga Hijab ranjang emas dan
kedatanganku mengantarkan Muhammad rasul Allah swt”, penjaga Hijab ke dua
menjawab “Allahu Akbar”, ia pun mengulurkan tangannya menerimaku dan menerimaku
dari bawah Hijab dan meletakkanku pada tangannya.
Demikin aku dibawa dari Hijab
satu hingga Hijab seterusnya. Padahal untuk menempuh satu Hijab saja butuh
waktu menempuh perjalanan lima ratus tahun dan jarak untuk menempuh Hijab yang
satu ke Hijab lainnya adalah lima ratus tahun.
Kemudian mengulurlah di hadapanku
sebuah lambaian hijau terang seperti cahaya matahari dan seterusnya aku di
taroh didalam lambaian hijau tersebut, lalu ia mengantarkan aku ke ‘Arasy.
Maka Allah swt pun mendekatkan
aku ke tiang ‘Arasy tersebut dan turunlah setetes air ‘arasy ke lisanku, tiada
seorangpun yang pernah merasakan kenimatannya, maka Allah swt mengungkapkan
kisah-kisah makhluk terdahulu dan yang kemudian.
Maka Allah pun berfirman “Ya
Muhammad, engkau adalah seorang kekasihku sebagaimana Ibrahim aku nobatkan
menjadi seorang kekasihku, dan secara langsung engkau ku ajak berbicara
sebagaimana aku berbicara kepada Nabi Musa AS. Umatmu adalah sebaik-baiknya
umat yang ditonjolkan sebagai tauladan bagi bangsa-bangsa didunia pada umumnya,
itulah sebabnya kujadikan mereka sebagai penengah dalam perkara keadilan,
kujadikan mereka sebagai bangsa terdahulu dan penghabisan (Al Baqarah : 143)
“Maka pegang teguhlah apa-apa
yang ku berikan kepadamu, dan jadilah manusia yang pandai bersyukur (Al
A’raf:144). Kemudian Allah swt menyampaikan kepadaku apa-apa yang tidak boleh
kusampaikan kepad kalian.
Kemudian Allah mewajibkan Shalat
50 kali dalam sehari bagiku dan bagi umatku, hal itu dijanjikan olehnya
kepadaku, dan ia tinggalkan kepadaku sesuatu yang ia kehendaki. Aku pun di seru
agar kembali kepada umatku dan menyampaikan perintah wajib itu bagi mereka,
kemudian lambaian hijau yang mengantarkanku tadi memulai perjalanan turun,
hingga aku sampai di Sidratil Muntaha,
disanalah aku kembali bertemu dengan Jibril.
Jibril berseru dan mengajakku ke
surga, dia tunjukan suatu bagian yang akan menjadi bagianku supaya aku
bertambah zuhud dan meningkatkan cinta akhirat. Pada bagian lain di perlihatkan
pula neraka kepadaku hingga aku melihat belenggu-belenggu dan rantainya,
kemudian aku keluar dari langit dengan meluncur dari langit yang satu ke langit
lainnya hingga aku pun bertemu dengan Nabi Musa AS.
Ia bertanya kepadaku tentang
perintah Allah swt untukku dan umatku, aku menjawab “Shalat 50 kali”, lalu ia
menyarankan supaya aku kembali kepada Allah untuk memohon keringanan, dia
berkata “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup Shalat 50 kali sehari semalam,
dan demi Allah, sesungguhnya aku telah mencoba kepada manusia sebelum kamu,
padahal aku telah menanganinya dengan kesungguhan, maka kembalilah kepada
Tuhanmu dan mintalah keringanan padanya untuk umatmu. Dan aku pun kembali
kepadanya dan aku diberi keringanan 10 kali, setelah itu aku menemui Musa lagi
dan dia berseru seperti saran semula, demikian aku berulang-ulang memohon
keringanan kepada-Nya sehingga perintah itu menjadi 5 kali Shalat setiap hari.
Setelah itu aku kembali menemui
Musa As, dan ia tetap menyarankan kepadaku seperti semula, dan aku pun menjawab
“Aku terlalu banyak menuntutnya, sehingga aku merasa malu sendiri, 5 kali
Shalat sehari semalam aku telah relakan menerimanya, dan ketika itu pula
terdengar “Engkau telah menerima kefharduan dariku dan aku telah meringankan
hamba-hambaku”.
Demikian Rasulullah saw menjemput
Shalat menembus ruang dan waktu, dan dengan segala kesanggupan bahkan menahan
malu dihadapan Allah swt demi meringankan umatnya tercinta. Apakah masih berat
bagi kita untuk melaksanakan yang lima itu dengan jarak dari satu Shalat ke
Shalat yang lain sangat beraturan dan tidak memberatkan, dan pahala nya pun
diperuntukkan hanya untuk kita, pahala ibadah Shalat adalah untuk orang yang
melaksanakannya. Dan lebih baik menyediakan waktu 10 menit untuk shalat ketimbang tersiksa selamanya di Akhirat.
Sungguh Rasulullah adalah tauladan
mulia dan Allah maha pengasih dan maha penyayang. Allahuma Shalli'ala Muhammad, waala ali muhammad. Selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar