ibu wenda |
Aku
langsung duduk melemaskan kakiku yang tegang karna berjalan stelah aku keluar
dari ATM Plaza Andalas padang, dari Ruang ATM itu ada anak tangga ke bawah
tepat di samping jalan masuk baseman. Ku keluarkan Blackberry di kantong jaket
hitam yang aku kenakan di siang bolong ini, dengan matahari yang lagi menyengat
sehingga aku terasa semakin panas, karna warna hitam dapat menyerap panas lebih
banyak.
Dari
arah jalan raya ada seorang ibu-ibu berjilbab sorong putih, baju coklat
garis-garis dan celana bahan warna hijau muda, di tangannya ada panic kecil
hijau, dengan itu ibuk itu tampak seperti seorang pemina-minta, beliau tampak
berjalan ke arahku, aku tak menghindar dan mencoba diam sambil menunggu
kedatangannya, karna di sakuku ada beberapa lembar uang kertas yang bisa
kuberikan padanya.
Setelah
ibu tu sampai dan berdiri tepat di hadapanku, dia pun mulai memasang wajah
sedih minta di kasihani “Wendaaa,,
wendaaa,, ini ibu naak, ini ibuuu, kamu lupa denan ibumu naaak, jangan
mentang-mentang kamu sudah nikah dengan laki-laki kaya kamu jadi malu mengakui
ibumuu, ini ibuu, lihat lah bengkak di wajah ibu ini, kamu ingat kan nak”
Katanya sambil memegang bengkak di pipi kanan bawahnya yang memang tampak
sedikit bengkak “Kemana aja kamu nak, kamu lupakan ibuuu, oh wendaa, sayang,
ibu sayang wenda naak” Ibu itu mulai memegang wajahku
Tapi
aku cepat mencegah dengan bilang “Ibuu, aku bukan wenda, aku bukan anak ibu yaa
bu” sambil tersenyum
Ibu
itu mengernyit tak percaya ucapanku “Wendaaa, ini ibu mu naak, jangan jadi
durhakaa nak, walaupun ibumu jelek dan miskin tapi ini tetap ibumu, istigfar
nak, ingat Allah, berdosa kamu nak kalau kamu durhaka pada orang yang
melahirkanmu, ibu sayang wenda, ibu sudah
cari wenda kemana-mana selama ini, tapi tidak ketemu nak, wenda ini
ibuu” si ibu tetap meyakinkanku
Akhirnya
ku ajak ibu itu duduk di sampingku dan dia pun duduk sambil tetap memegang
pergelangan tanganku “Ibu, aku bukan wenda, aku wira, jadi aku bukan anak ibu,
aku punya orang tua, sekarang aku disini sedang menunggu ibuku yang minta
temankan belanja ke pasar, jadi aku bukan wenda ya buk” Kataku dengan lembut
berusaha memperjelas.
Ibu
itu terdiam dantertunduk “Kamu bisa saja mengganti namamu nak, kamu bisa saja
ganti namamu dengan wira” Katanya sedih
Aku
balik memegang tangannya “Aku gak bohong buk, aku wira, aku bukan wenda,
percayalah, aku tidah bohong” aku kembali mejelaskan
Ibi
itu mengangguk kemudian mengangkat wajahnya dan melihat kea rah pintu ATM,
disana berdiri seorang gadis 16 tahun “Wira, itu wenda, itu anak ibu, tuh ka
nada tahilalat di bawah hidung kanannya, rambutnya juga keriting, itu wenda”
Katanya menunuk anak itu
Aku
menoleh kea rah anak yang di tunjuk ibu itu, aku memanggilnya dan dia pun
mendekati kami berdua “Kenapa kak?” Katanya sambil duduk di sisi kiriku
“Kamu
wenda kan nak, kamu wenda anak ibu” Sambut si ibu dengan semangat sambil tetap
duduk di samping kananku
Adik
itu tampak bingung, kemudian aku menceritakan padanya dan bertanya siapa
namanya.
“Buk,
namanya sinta, dia orang padang, bukan orang kambang, dia sedang menunggu
kakaknya di sini, berarti dia bukan wenda, dia bukan anak ibu” Jelasku
“Kalian
bohong, pasti dia wenda, dia anak ibu yang di bawa laki-laki kaya itu sampai
dia lupa dengan ibu” Jawabnya tak mau kalah
“Ibuuk,
tadi ibuk bilang saya anak ibu, sekarang ibu bilang sinta anak ibi, sinta mirip
engan wenda, tasi saya mirip dengan wenda, wenda rambutnya ikal juga seperti
sinta, sedangkan saya berjilbab, bagaimana ibu bisa katakana saya wenda,
sekarang saya juga bilang sama ibuk, sinta ini bukan anak ibu, dia bukan wenda,
dia sinta,, sekarang saya Tanya, ibu kenal gak, ingat gak wajah wenda anak
ibu?” Tanyaku
“Ingat,
sangat ingat, dari tiga orang anak perempuan saya, wenda itu yang paling saya
sayang, wenda ingin hidup senang, hidup dengan punya banyak uang, sejak dia
nikah dengan laki-laki kaya itu dia lupa dengan ibu, tiga hari yang lalu mobil
suaminya kecelakaan, saya temui wenda tapi dia tidk mengakui ibuk, padahal ibuk
kerja mati-matian seperti ini untuk bisa memenuhi keinginannya. Sehari dengan
jadi pengemis ibu dapat uang 100ribu, ibu sudah buat rumah bagus di kampung,
sekarang tinggal pasang keramik, disini ibuk kos, kos ibik sebulan Cuma
100ribu,, asala kamu tau ya nak, pengemis itu penghasilannya lebih banyak dari
pada pengusaha dan pegawai” cerita si ibu
Aku
dan sinta hanya manggut-manggut, sampai khirnya sinta pergi karna kakaknya
telah datang “Baiklah bu, ini uang untuk ibu, saya pergi dulu ya, tak perlu ibu
mencari wenda, kalau dia anak yang baik, dial ah yang akan mencari ibu,,, jaga
diri baik-baik ya bu” aku pun meninggalkan ibu itu, sebelum pergi sempat ku
jiprat beliau dengan kamere hp ku.
Aku
bingung dengan apa yang aku alami, benarkah ibu itu kehilangan anaknya, atau
hanya trik untuk dapat di kasihani, bukan suuzon, karna ini bukan pertama kali
hal ini ku alami, bertemu dengan orang yang buatku kasihan dan sangat ingin
membantunya.
Dan aku
piker, emang masih ada ya anak durhaka itu, hari gini kan udah gak jaman jadi
anak durhaka, jamannya tuh patuh dan berbakti sama orang tua, itu baru keren.
Sekarang
bagaimanakah pendapat saudara tentang si ibu inii? Karna saya sendiri cukup
bingung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar