Sahabat selain disimpan dihati, juga disimpan didompet |
Ya,, aku pernah
membedakan teman dengan sahabat, dan kejadian itu dulu waktu aku masih
mengenakan seragam putih abu – abu,, Aku tak takut
mengakuinya dan tak takut kalau harus mengatakannya. Memiliki sahabat adalah
kebahagiaan tersendiri untuk kita, kita slalu dengan bangga menjawab pertanyaan
ketika seorang bertanya siapa sahabat kita, karna kita bahagia memiliki sahabat.
Tapi kamu tau apa
yang aku lakukan ketika salah seorang
sahabatku berbuat kesalahan, aku mendiaminya dan tak mau menyebutnya sebagai
sahabatku lagi, aku sanggup memaafkan kesalahan memalukan yang dilakukannya,
tapi aku tak bisa terima saat dia lebih mempercayai orang lain ketimbang aku
untuk berbagi masalahnya, dia tak sedikitpun mau bercerita denganku. Bayangkan
sakitnya hatiku sampai aku menangis sendiri waktu aku tau dari orang lain dan
orang lain itu sendiri yang bilang kalau sahabatku tak mau bercerita padaku
karna dia takut padaku, takut kalau aku takkan lagi mengakuinya jadi sahabatku
atas kesalahan yang dia perbuat.
Mungkin aku perlu
memberi taunya kalau aku marah bukan karna kesalahannya, tapi marahku karna dia
tak mempercayaiku sebagai tempat berbagi masalahnya ,dia justru lebih
memepercayai orang lain untuk membagi masalahnya.
Dia sahabat pertama
yang membuatku marah, masih ada sahabat kedua yang tak aku akui sebagai
sahabatku lagi karna dia memilih membahagiakan diri diatas penderitaan orang
lain, dasar manusia egois, aku benci manusia yang hanya memikirkan kepentingan
pribadinya. Tak peduli dia seorang sahabat atau teman, yang namanya manusia
egois tetap saja egois,,
Tapi kini setelah
kupikir – pikir, tak ada gunanya juga aku marah, dan tak harus menghapusnya
dari hatiku sebagai sahabat terbaikku. Manusia itu bersifat individu, memiliki
karakter dan cara pandang yang berbeda, memiliki cara pikir dan lingkungan
tempat tinggal yang berbeda, ketika dia mulai terlahir dan diasuh, ilmu yang
paling banyak dan yang terlebih dahulu membentuk pribadinya adalah keluarganya,
kemudian saat dia mulai mengecap pendidikan dibangku sekolah cara pikir itu
perlahan berubah dan bertambah, tapi antara kita dengan sahabat kita tentu saja
punya cara analisa berbeda atas apa yang disampaikan guru kepada kita.
Inilah sebabnya kita
jarang sependapat tentang cara kita berpikir, aku pun merasa bersalah pernah
marah dan memojokkannya,, dan kamu tau, otak dan hati kita saja yang tinggal
dirumah yang sama sering tidak sependapat,,
Maklumi orang – orang
disekitarmu ya,, jangan menghukumnya berdasarkan cara kamu menilai, tapi pahami
juga pendapatnya tentang apa yang dia lakukan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar