AKU RELA DIPENJARA ASALKAN BERSAMA BUKU, KARENA DENGAN BUKU AKU BEBAS "MOHAMMAD HATTA"

Senin, 24 Februari 2014

Cepen "Cinta, Aku Terluka"

Cinta, Aku Terluka
Kita saling menyayangi, kita saling memahami isi hati kita masing-masing, kita sama-sama tahu kalau kita masih sama-sama cinta. Tapi, Kita sama-sama Terluka karna Cinta!!
            Matahari sore mengejar langkahku, aku masih saja mencoba terus menghadang kerumunan orang-orang yang sibuk melakukan transaksi jual beli ditengah keramaian pasar tradisional ini, bagiku ini bukan masalah, sempitnya keramaian ini tak
lebih sempit dari hatiku yang kini sedang menangis.  Aku sangat ingin tahu alasan kenapa sahabat yang paling aku percaya bisa tega menghancurkan cintaku, mengacaukan hubungan yang sangat harmonis yang telah aku bina bersama orang yang tak pernah berhenti dicintai oleh hatiku.
            Aku berhenti, langkahku kembali mulai tuk berjalan lebih dekat dan santai menuju Maura yang sedang sibuk membantu ibunya melayani pembeli yang mengunjungi Ruko peninggalan ayahnya “Maura!” Suaraku tertahan
            Maura mengangkat wajahnya cepat “Zera?” katanya seolah kaget dengan kedatanganku “Kenapa?, ada yang bisa aku bantu?” katanya mendekat dan memberikan pembeli pada ibunya
            “Maura aku, aku,,” Aku menelan air ludah tak sanggup menyampaikan maksud hatiku
            Maura berjalan lebih dekat “Ada Apa Zera?, cerita aja, bilang, nggak pa-pa!” katanya memegang pundakku dengan wajah penasaran

®®®

       Naysa, dia kakak ipar yang selalu setia mendengarkan curhatku, yang siap menjadi tempatku membagi semua susah yang menyelinap dihatiku, aku masih menangis dipelukannya setelah menceritakan semua yang diceritakan Maura padaku “sabar ya sayang, jangan gampang menilai sesuatu secara sepihak, coba cari tau dulu semua ini bener apa nggak, apa yang dibilang Maura itu bener apa nggak, kita nggak boleh mempercayai secara sepihak, semua akan menjadi baik kalau dibicarakan dengan baik pula” Nasehat kak Naysa
            Aku bangkit dari tidurku yang tadi menelungkup kearah kaki kak Naysa “Tapi kak, Maura itu nggak mungkin boong, dia itu nggak pernah boong kak, Cinta yang biasanya emang suka boong, Cinta yang biasanya suka adu domba kak” Aku membela Maura karna merasa Maura dipihak yang bener
            “Kakak ngerti sekarang kamu lagi dipengaruhi apa yang disampaikan Maura tadi, tapi dek, Maura dan Cinta itu lagi berantem, siapa tau aja Maura juga pingin buat Zera brantem sama Cinta, biar Cinta nggak punya temen lagi, iya kan?” katanya mengusap rambutku
            Bang Narta datang dan menyelonong memotong pembicaraan kami “Zer, nggak usah kamu pikirin lagi laki-laki yang udah nyakiti kamu, nggak pantas air mata kamu terbuang percuma untuk orang seperti dia, terlalu berharga air mata kamu buang-buang kek gitu Zer,, udah diam, jangan nangis terus, jangan sampai abang yang labrak tu anak trus abang pukul sampe jontor” katanya bengis
            Aku berdiri turun dari tempat tidurku “apa?, abang mau pukulin anak orang, ha?, kenapa?, kenapa?. Kalau mau pukul-pukul, pukul aja aku bang, pukul” Aku menarik tangannya dan spontan dia tarik tangan itu ke udara “Jangan marah sama Bang Reki bang pliss, jangan marah sama orang yang aku sayang, dia nggak salah, orang lain yang udah adu domba kami, orang lain yang udah buat dia menjauh kek gini, dia nggak salah, dia nggak salah bang, aku sayang sama dia, aku sayang, jadi tolong jangan pernah marah sama dia, apalagi kalau sampai menyakitinya, aku nggak rela bang, aku nggak rela” Aku menangis duduk dipinggir ranjang
            Kak Naysa mengambil tangan bang Narta dan membawanya keluar baru kemudian kembali lagi kedalam
            “Zer, apa yang dibilang abang nggak usah diambil hati ya, kakak bisa pastikan kalau dia nggak akan menyakiti Reki atau siapapun, kakak kamu itu adalah laki-laki yang pengertian dan penyayang, dan dia sangat sayang sama adiknya, sama kamu, adik satu-satunya yang dia miliki. Dia hanya ingin yang terbaik untuk kamu Zera, percayalah, apapun yang dia lakukan dia hanya ingin yang terbaik tuk kamu, dia nggak akan pernah rela adiknya terluka, dia akan membunuh siapapun yang menyakiti adiknya. Tapi percayalah, kalau Reki memang kebahagiaan kamu, maka dia nggak akan pernah menyakiti Reki dalam bentuk apapun” Dia mengusap rambutku
            Aku menelan air ludah, pikiran ini sempat merasuk menjadi pikiran positive dibenakku, menjelma menjadi sebuah kelegaan yang belum bisa buatku plong, semua masih butuh proses sehingga aku bener-bener tahu apakah bener Cinta begitu jahat padaku dan apa bener bang Narta bisa memaafkan sikap bang Reki yang sangat kanak-kanak dan tidak seperti dulu saat dia menemui bang Narta menyampaikan kalau dia sangat mencintaiku, betapa senangnya bang Narta karna aku memiliki seorang teman yang begitu bisa dipercaya, tapi kini dia berpaling tanpa kabar apa-apa, bang Narta kecewa diikuti kecewa kedua orang tuaku. Walau sebenernya aku sudah sangat yakin kalau Cinta yang melakukan hal yang melukai hatiku dan aku tidak pernah tahu karna Cinta selalu dengan manis duduk disampingku menjadi Guardian Angel kebangganku, dia slalu siap meminjamkan bahunya untuk aku menangis menceritakan sikap Reki padanya, laki-laki yang sangat aku sayangi bahkan lebih kusayangi dari pada diriku sendiri.
            Kini Cinta berubah, bukan berubah, dia menunjukan wujud aslinya, monster yang selama ini bersembunyi dibalik kostum malaikatnya telah ketauan siapa dia sebenernya, aku telah tahu bahwa malaikat itu lebih kejam dari monster yang bisa mencerkam aku dengan perangai buruknya kapan saja, dan aku yang menganggap dia malaikat tetap dengan tersenyum manis memujinya sebagai sahabat terbaikku, Oh Tuhan.
            Hp ku berdering “Bang Praka, kapan balik dari Palembang?” aku langsung menetralkan suaraku, kak Naysa keluar kamar saat kuangkat panggilan itu
            “Baru Tadi pagi Zer, apa kabar?” jawabnya dengan nada seperti biasanya
            Aku terdiam sejenak “baik bang, Apa kabar juga?, enak nggak di Palembang?” tanyaku kemudian
            “Enak banget, soalnya ceweknya cakep-cakep semua, jadi nggak pingin balik, tapi kan harus tetep balik” Dia tertawa ringan
            “Dasar Gombal, ingat Cinta bang, Cinta tuh mau diapain?” aku mengingatkannya pada pacarnya
            “Udahlah Zer, nggak usah sebut nama dia lagi dech, abang muak dengernya, dia tuh,, ahh susah kalau abang ngomong” katanya berusaha menepis pikirannya tentang Cinta “Eh Zer, Reki pa kabar?” sambungnya mengalihkan pembicaraan
            Aku kembali terdiam “Nggak tau bang, dia udah nggak pernah lagi nelpon, sms, apalagi nemui aku, dia udah menjauh” Suaraku tertahan ditenggorokan
            “Zer, kamu nangis?, kenapa?” Dia terburu
            “Cinta bang, Cinta jahat sama aku” akhirnya aku menangis lagi, hatiku terluka, aku tak sanggup lagi sembunyikan lagi ini dari dari bang Praka yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
            “Zer, Cinta udah lakuin apa sama kamu, bilang sama abang, nggak usah takut, dia bukan siapa-siapa abang kok Zer, abang sama dia nggak pernah pacaran, dia aja yang ngerasa sendiri, siapa juga yang mau sama cewek yang cerewet dan ngomongnya nggak berpendidikan kek gitu, kek nggak ada yang lain aja!” Katanya dengan nada jijik
            “Abang tau, tadi pagi pas aku abis shalat subuh Kysha Nelpon aku, katanya dia nggak bisa tidur sebelum sampein hal ini ke aku, alasan kenapa bang Reki menjauh dari aku dan nggak mau juga ngerespon sms sama telpon abang!” Kataku menangis
            “Kysha bilang apa?” tanyanya penasaran
            “Nanti aku smsin ya bang, aku mau istirhat, aku capek!”

®®®
            Ini bukan hanya masalah kalau aku takkan lagi jadi orang yang bisa dipercaya oleh orang yang sangat aku cinta, tapi ini juga masalah penghianatan seorang sahabat yang telah tega menusuk aku dari belakang tanpa aku tau kalau ternyata dialah kambing hitam semua kenyataan ini, sementara aku masih dengan tekun menceritakan padanya betapa aku sangat ingin bertemu dengan laki-laki yang kini telah menjauh dari ku, betapa aku juga sangat mencintainya.
            “Ibu sudah pernah bilang sama Zera supaya tidak terlalu dekat dengan Cinta, Lulu adik sepupunya juga sudah ingatkan dia supaya jangan berteman lagi dengan Cinta, karna Cinta itu bisa menjelma menjadi jarum didalam daging, sakitnya terasa tapi kita nggak tau keberadaannya, bahkan dia bisa menyelinap sampai ke pembuluh darah. Tapi,, kamu tau lah Praka Zera itu orangnya seperti apa. padahal dulu dia juga sudah pernah disakiti sama Cinta, dan masih mau memaafkannya, dia memang selalu dan terlalu gampang percaya dengan wajah orang yang baik padanya, karna mungkin dia memang nggak pernah menilai jahat orang lain, waspadanya juga kurang, ibu nggak tau lagi harus ngomong apa Praka” Akhirnya ibu duduk di meja makan sambil meletakan Teh manis yang dia buatkan untuk bang Praka
            Aku masih berdiri menguping dipintu dapur, sebenernya perutku sudah sangat lapar, tapi aku masih ingin mendengar pembicaraan mereka.
            Bang Praka meneguk minuman hangat buatan ibuku itu, dan dengan perlahan meletakannya kembali dimeja “Saya juga sudah pernah bilang sama Zera bu, akhirnya jadi seperti ini kan, Zera memang nggak akan pernah bisa kita pengaruhi sebelum dia sendiri yang mengalami kenyataannya, dia justru sangat marah kalau kita menceritakan keburukan temannya atau siapapun padanya, kita bukan mengajarkan dia negative thinking sama orang bu, kita hanya mengajarkannya agar lebih waspada dalam semua kondisi, karna orang yang luarnya baik belom tentu baik juga dalamnya kan. Ibu tau buah kedondong, begitulah gambaran Cinta, licin luarnya, berduri dalamnya” katanya menatap ibu yang duduk dihadapannya
            Ibu menghela nafas dalam “Ibu nurut aja, apapun yang terbaik menurutnya ibu nggak akan jadi pagar pembatas Raka, semua terserah dia, hanya saran ibu, jangan pernah buat ibu cemas. Ini bukan masalah kecewanya saja Raka, tapi ini masalah psikologi nya, ibu takut dia akan jadi depressi, sudah disakiti oleh Reki, sekarang justru disakiti sahabatnya sendiri” Ibu menggeleng-geleng cemas dan prihatin
            Air mataku terjatuh, aku tau ibuku juga kecewa, aku yang biasanya berkoar-koar membanggakan pilihan hatiku, Reki. Kini semua telah usai, semua hampir saja lenyap jauh seperti hidupku yang juga hampir lenyap bersama luka hatiku yang kini di buat berdarah lagi oleh sahabatku, sahabat terbaikku, bagiku, tapi aku tak pernah tau kalau ternyata dia adalah ular berkepala dua, bahkan mungkin lebih.
           
®®®
            Apa yang harus aku lakukan?, jauh dilubuk hatiku terdalam aku masih mencintainya, aku masih ingin bersamanya, aku masih ingin memiliki dirinya, memeluknya jauh kedalam diriku merasakan hidupnya menyatu dengan hidupku, aku akan mati kalau dia pergi, aku akan mati kalau dia mati, aku akan mati kalau dia memilih yang lain dan melupakan cintaku yang aku beri tanpa takaran apapun untuknya, semua ketulusan dan cinta yang tak pernah bisa aku sebutkan berapa jumlahnya ini hanya aku hadiahkan untuknya. Kenapa dia tak pernah percaya kalau aku hanya bertahan hidup karna dia masih bernafas didunia ini, aku ingin hidup selama dia masih hidup, walau aku harus terluka karna cintanya.
            “Sebenernya aku cemburu karna kamu terlalu deket sama Cinta, aku cemburu karna kamu lebih memilih curhat dengannya, menangis padanya, dan mengadukan semua masalahmu dengannya, bagiku nggak masalah, mungkin, karna aku tau aku jauh dan hanya ada dia yang dekat denganmu, jadi aku bisa ngerti. Aku pernah ingetin kamu untuk tidak terlalu deket dengannya karna dari awal aku liat dia, kamu yang sangat baik ini memang nggak pantas berteman dengan orang sepertinya, tapi aku nggak mungkin sampaikan ini padamu, aku takut, aku tau kamu pasti akan marah, kamu kan nggak pernah suka kalau kita negative sama orang. Aku bener-bener sakit hati karna aku sudah menduga ini sebelumnya, aku benci sama dia, aku benci sama Cinta. Dia udah lukain kamu Zer!” Maria behenti dari kalimat panjangnya sambil menyeka tetesan kecil disudut matanya
            Aku hanya terdiam mencoba merasuki rasa kecewa sahabat terbaikku itu, sahabat yang selama ini selalu siap menjadi sahabat curhatku sebelum kami terpisah dan melanjutkn kuliah ditempat berbeda hingga akhirnya aku bertemu dengan Cinta, Maura dan Kysha saat aku kuliah
            “Aku nggak rela kamu disakiti seperti ini, aku ingin kamu lebih hebat dari yang sebelumnya Zer, jangan terus-terusan dijebak sama rasa percaya kamu yang berlebihan, kamu boleh percaya dengan siapapun, tapi tolong kamu bedakan antara kawan dengan lawan, jangan lagi-lagi kamu jadi sakit hati” sambungnya menoleh lewat bahunya ke aku yang masih berdiri tertunduk disamping kirinya
            Aku mendehem, dan mencoba lega “Aku benci Cinta Maria, aku bennnciiik banget, dia, dia dan sikapnya yang telah memaksa malaikat berubah jadi monster jahat, dia yang memaksaku menjelma jadi monster yang siap mencakar-cakar tubuhnya hingga melukai sampai ke jantungnya, dia akan aku buat merasakan sakit yang jauh lebih sakit dari yang sekarang aku rasakan, dia akan menderita, aku akan buat dia menangis kesakitan sampai dia tak kuat lagi menghirup udara” Ucapku berang dan mata berkaca-kaca menatap tajam jalan, dendam membara.
            “Aku nggak percaya, kamu nggak akan pernah bisa jadi jahat Zera!” katanya sambil menggeleng menepis pelan besi pagar jembatan penyebrangan itu
            “Tapi dia udah maksa aku untuk jadi jahat, aku akan jadi malaikat penyelamat didepan matanya dan akan jadi jarum yang lebih halus juga lebih tajam yang akan merasuk pelan ke jantungnya, dia akan aku bikin mati kepanasan” Aku masih menunjukan wajah dendam, Maria masih menggeleng tidak percaya dengan omonganku, karna memang ini bukan aku, ini bukan aku, aku seperti ini karna dipaksa cinta.
            “Kamu tau Maria, kalau saja sekarang ada Cinta dihadapanku, akan aku tendang dia kebawah jembatan ini, biar ditabrak sama mobil-mobil itu” Aku menunjuk garang ke jalanan, tapi Maria hanya menatapku yang bekaca-kaca
            “Sudahlah, jangan ubah dirimu menjadi sepertinya, bukankah kamu sendiri yang pernah bilang sama aku, kalau kamu dilempar orang lain pakai batu, maka jangan kamu lempar balik batu itu, tapi lempar balik orang itu pakai roti, maka dia akan menyambutnya dengan baik, kalau bukan kita yang memulai untuk baik, siapa lagi, kita nggak bisa hanya menunggu orang berubah jadi baik, kalau memang kita sudah baik, cukup dengan siapa kita, jangan merubah fitrah yang sangat disukai Tuhan Zer, fitrah kamu untuk jadi orang baik mungkin juga untuk merubah Cinta menjadi lebih baik, kamu tau, dendam nggak akan menyelesaikan masalah” Maria mengingatkanku pada pesanku tempo hari padanya
            “Cinta itu jahat Maria, kalau aku bisa aku akan bikin lumat dia seperti cabe giling, kemudian aku rebus sampe kering gosong” aku mencoba tuk sedikit menjauh dari keseriusan, mencoba menenangkan hatiku
            “Zera, menurut aku lupakan saja masalah ini, kamu bisa ambil positivenya, kalau Reki memang sayang sama kamu harusnya dia nggak mempan sama fitnah kuno kek gitu, harusnya dia lebih percaya sama kamu, cinta itu terbina karna ada rasa saling percaya Zer, kalau pun kamu harus balas dendam ke Cinta apa semua itu akan membuat Reki kembali ke kamu seperti dulu?, kita nggak tau kan, kalau memang jodoh dia nggak akan kemana Zer, Reki pasti akan kembali kesini tanpa perlu kamu jelaskan apa-apa padanya, karna kalau dia memang jodoh dan dia juga mencintaimu, tanpa kamu melakukan apapun dia akan tetap jadi milikmu Zer. Kamu pemaaf, kamu Zera, seorang sahabat kebanggaanku, aku yakin kamu seperti ini karna kamu terlalu cinta dengan Reki, kamu biasanya gampang memaafkan, tapi walau apapun dan sehebat apapun rasamu untuk Reki, kuharap itu nggak akan merubahmu mejadi monster apapun, aku ingin Zeraku yang baik dan pemaaf” katanya menepis pelan pundakku
            Walau rasa ini masih belum bisa ku mengerti, tapi kepalaku tetap saja mengangguk memahami maksud Maria “Maria!” Aku mengambil tangannya “Kalau aku berubah jadi jahat, apa kamu masih mau berteman denganku?, apa kamu masih mau jadi sahabatku seperti dulu waktu kita masih SMA?” Tanyaku dengan air mata berlinang, dia hanya tersenyum menatapku “Apa kamu akan ilfeel denganku?” Sambungku mengangguk meminta jawaban
            Dia mengambil tanganku yang satu lagi dan mengenggamnya erat “Zera, kamu adalah sahabat terbaikku, aku sangat mengenalmu, kamu adalah Zera kebanggaanku, seorang sahabat yang bisa buat aku menangis kalau dia dekat dan punya sahabat yang lain, karna aku bahagia punya sahabat sepertimu sehingga nggak rela kamu diambil sahabat lain, kalau Cinta menyakitimu, kamu nggak perlu menjadi orang jahat dan berusaha untuk menjadi jahat demi membalas sakit hatimu pada Cinta, kamu hanya perlu ingat, susah dan bahagiamu adalah susah dan bahagiaku, aku nggak akan pernah pergi dan nggak akan pernah ilfeel Zera” Katanya tersenyum disela deraian air matanya
            Aku memeluknya, dia memang selalu ada untukku, walau Cinta menyakitiku, walau Cinta melukaiku tapi aku selalu punya Maria sahabat yang selalu ada untukku, selalu ada, walau saat dia jauh, saat dia dekat, saat aku menangis, saat aku tertawa, saat aku berhayal dengan segudang cita-cita, saat aku terluka karna cinta. Dialah sahabat yang akan terus ada di hatiku, ada, ada, dan terus ada, dia nggak akan pernah kulepas pergi, pergi dekat, atau lebih jauh.
®®®
            “Zer, biar bagaimanapun Zera adalah sahabat Kysha, bukan Kysha adu domba Zera sama Cinta. Tapi Zera harus tau ini. Selama ini kita semua heran kenapa bang Reki pergi dan berubah tanpa keputusan apapun. Zera tau nggak siapa sebenernya yang udah adu domba Zera sama bang Reki? CINTA, malaikat yang selalu sok suci dihadapan Zera. Cinta lah yang udah ngadu sama bang Reki dan bilang kalau Zera sama bang Praka itu selingkuh. Cinta nelpon bang Reki didepan Maura, bang Reki kaget denger pengaduan Cinta tentang Zera yang dia bilang selingkuh sama bang Praka. Cinta juga bilang sama Maura kalau dia akan buat Zera sama bang Reki itu putus dan nggak akan pernah bersatu sampai kapanpun. Dia lakuin itu karna dia marah dan cemburu liat Zera deket sama bang Praka. Gitulah sifat sahabat Zera itu. Cinta, berwajah malaikat tapi hatinya jahat”
            Air mataku menetes pelan, dua kali membasahi kedua pipiku, hatiku masih saja menangis, menangis sedih jauh lebih sedih dari mataku yang kini menangis, ku hapus pesan yang dikirim Kysha itu, pesan yang sudah dibaca oleh bang Praka, Ibu, kak Naysa, bang Narta, dan sahabatku Maria. Mereka sudah tau, bagiku udah cukup buatku tenang, aku hanya berharap kalau mereka tidak akan lagi marah pada bang Reki kekasih yang hingga kini masih belum mau menghubungiku.
            Ku delete pesan itu, kalau aku terus baca pesan itu mungkin hanya akan menyakitkan kembali lukaku yang perih, berdarah lagi hingga menyisakan dendam membara yang harus kubayar segera. Tapi tidak, hatiku lebih mencerna kalimat-kalimat penyejuk yang tadi disampaikan sahabatku Maria padaku, aku tidak boleh mendendam, tak ada yang perlu kusalahkan, bagiku sekedar tahu saja itu sudah cukup, membalas dengan hal yang sama justru akan membuat perlakuan Cinta menjadi lebih buruk padaku, aku tak mau Cinta merasakan pembalasannya dariku, biarlah dia merasakan sendiri imbas dari sifatnya yang tidak baik itu.
            Cinta, walau cinta melukaiku, bagiku cinta yang telah pergi yang begitu indah dan hingga kini telah bersemayam indah dihatiku telah jadi penawar rasa sakit yang perlahan mungkin akan mengobati luka itu. Luka ini nggak akan lebih sakit dibanding penyesalan yang akan timbul kalau aku menjadi jahat dan melakukan kejahatan seperti yang cinta lakukan padaku. Cinta, cukup bagiku pernah dekat dan mengenalnya, tapi cinta yang pernah singgah dan belum sempat kembali akan aku simpan sehingga aku bisa memeluknya seperti dulu lagi, aku menunggumu Cinta, mengobati lukaku ini, aku menunggu.

=The End=

Special 4 Reader :
Cinta, bukan cinta yang menyakitimu
Tapi belenggu yang mengikat erat di hatimu
Lepaskan belenggu itu sehingga kamu bisa bebaskan hatimu
Bebas menentukan kebijakan penting yang lebih diridhoi Tuhanmu
Tanpa menaruh dendam dan tetap berpegang pada satu cinta
Cinta terindah yang menjaga kamu dari segala macam salah
Walau tak jelas waktunya, cinta pasti akan mendekat
Mendekat dengan cara yang terhormat.
Karna cinta yang tulus
Tidak memerlukan pembuktian, penjelasan, dan tindakan

(writer : Wira Juwita/10042011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar