Cinta, Aku Terluka |
Matahari sore mengejar langkahku,
aku masih saja mencoba terus menghadang kerumunan orang-orang yang sibuk
melakukan transaksi jual beli ditengah keramaian pasar tradisional ini, bagiku
ini bukan masalah, sempitnya keramaian ini tak
lebih sempit dari hatiku yang kini sedang menangis. Aku sangat ingin tahu alasan kenapa sahabat yang paling aku percaya bisa tega menghancurkan cintaku, mengacaukan hubungan yang sangat harmonis yang telah aku bina bersama orang yang tak pernah berhenti dicintai oleh hatiku.
lebih sempit dari hatiku yang kini sedang menangis. Aku sangat ingin tahu alasan kenapa sahabat yang paling aku percaya bisa tega menghancurkan cintaku, mengacaukan hubungan yang sangat harmonis yang telah aku bina bersama orang yang tak pernah berhenti dicintai oleh hatiku.
Aku berhenti, langkahku kembali
mulai tuk berjalan lebih dekat dan santai menuju Maura yang sedang sibuk
membantu ibunya melayani pembeli yang mengunjungi Ruko peninggalan ayahnya
“Maura!” Suaraku tertahan
Maura mengangkat wajahnya cepat
“Zera?” katanya seolah kaget dengan kedatanganku “Kenapa?, ada yang bisa aku
bantu?” katanya mendekat dan memberikan pembeli pada ibunya
“Maura aku, aku,,” Aku menelan air
ludah tak sanggup menyampaikan maksud hatiku
Maura berjalan lebih dekat “Ada Apa
Zera?, cerita aja, bilang, nggak pa-pa!” katanya memegang pundakku dengan wajah
penasaran
®®®
Naysa, dia kakak ipar yang selalu setia
mendengarkan curhatku, yang siap menjadi tempatku membagi semua susah yang
menyelinap dihatiku, aku masih menangis dipelukannya setelah menceritakan semua
yang diceritakan Maura padaku “sabar ya sayang, jangan gampang menilai sesuatu
secara sepihak, coba cari tau dulu semua ini bener apa nggak, apa yang dibilang
Maura itu bener apa nggak, kita nggak boleh mempercayai secara sepihak, semua akan
menjadi baik kalau dibicarakan dengan baik pula” Nasehat kak Naysa
Aku bangkit dari tidurku yang tadi
menelungkup kearah kaki kak Naysa “Tapi kak, Maura itu nggak mungkin boong, dia
itu nggak pernah boong kak, Cinta yang biasanya emang suka boong, Cinta yang
biasanya suka adu domba kak” Aku membela Maura karna merasa Maura dipihak yang
bener
“Kakak ngerti sekarang kamu lagi
dipengaruhi apa yang disampaikan Maura tadi, tapi dek, Maura dan Cinta itu lagi
berantem, siapa tau aja Maura juga pingin buat Zera brantem sama Cinta, biar
Cinta nggak punya temen lagi, iya kan?” katanya mengusap rambutku
Bang Narta datang dan menyelonong
memotong pembicaraan kami “Zer, nggak usah kamu pikirin lagi laki-laki yang
udah nyakiti kamu, nggak pantas air mata kamu terbuang percuma untuk orang
seperti dia, terlalu berharga air mata kamu buang-buang kek gitu Zer,, udah
diam, jangan nangis terus, jangan sampai abang yang labrak tu anak trus abang
pukul sampe jontor” katanya bengis
Aku berdiri turun dari tempat
tidurku “apa?, abang mau pukulin anak orang, ha?, kenapa?, kenapa?. Kalau mau
pukul-pukul, pukul aja aku bang, pukul” Aku menarik tangannya dan spontan dia
tarik tangan itu ke udara “Jangan marah sama Bang Reki bang pliss, jangan marah
sama orang yang aku sayang, dia nggak salah, orang lain yang udah adu domba
kami, orang lain yang udah buat dia menjauh kek gini, dia nggak salah, dia
nggak salah bang, aku sayang sama dia, aku sayang, jadi tolong jangan pernah
marah sama dia, apalagi kalau sampai menyakitinya, aku nggak rela bang, aku
nggak rela” Aku menangis duduk dipinggir ranjang
Kak Naysa mengambil tangan bang
Narta dan membawanya keluar baru kemudian kembali lagi kedalam
“Zer, apa yang dibilang abang nggak
usah diambil hati ya, kakak bisa pastikan kalau dia nggak akan menyakiti Reki
atau siapapun, kakak kamu itu adalah laki-laki yang pengertian dan penyayang,
dan dia sangat sayang sama adiknya, sama kamu, adik satu-satunya yang dia
miliki. Dia hanya ingin yang terbaik untuk kamu Zera, percayalah, apapun yang
dia lakukan dia hanya ingin yang terbaik tuk kamu, dia nggak akan pernah rela
adiknya terluka, dia akan membunuh siapapun yang menyakiti adiknya. Tapi percayalah,
kalau Reki memang kebahagiaan kamu, maka dia nggak akan pernah menyakiti Reki dalam
bentuk apapun” Dia mengusap rambutku
Aku menelan air ludah, pikiran ini
sempat merasuk menjadi pikiran positive dibenakku, menjelma menjadi sebuah
kelegaan yang belum bisa buatku plong, semua masih butuh proses sehingga aku
bener-bener tahu apakah bener Cinta begitu jahat padaku dan apa bener bang
Narta bisa memaafkan sikap bang Reki yang sangat kanak-kanak dan tidak seperti
dulu saat dia menemui bang Narta menyampaikan kalau dia sangat mencintaiku,
betapa senangnya bang Narta karna aku memiliki seorang teman yang begitu bisa
dipercaya, tapi kini dia berpaling tanpa kabar apa-apa, bang Narta kecewa
diikuti kecewa kedua orang tuaku. Walau sebenernya aku sudah sangat yakin kalau
Cinta yang melakukan hal yang melukai hatiku dan aku tidak pernah tahu karna
Cinta selalu dengan manis duduk disampingku menjadi Guardian Angel kebangganku,
dia slalu siap meminjamkan bahunya untuk aku menangis menceritakan sikap Reki
padanya, laki-laki yang sangat aku sayangi bahkan lebih kusayangi dari pada
diriku sendiri.
Kini Cinta berubah, bukan berubah,
dia menunjukan wujud aslinya, monster yang selama ini bersembunyi dibalik
kostum malaikatnya telah ketauan siapa dia sebenernya, aku telah tahu bahwa
malaikat itu lebih kejam dari monster yang bisa mencerkam aku dengan perangai
buruknya kapan saja, dan aku yang menganggap dia malaikat tetap dengan
tersenyum manis memujinya sebagai sahabat terbaikku, Oh Tuhan.
Hp ku berdering “Bang Praka, kapan
balik dari Palembang?” aku langsung menetralkan suaraku, kak Naysa keluar kamar
saat kuangkat panggilan itu
“Baru Tadi pagi Zer, apa kabar?”
jawabnya dengan nada seperti biasanya
Aku terdiam sejenak “baik bang, Apa
kabar juga?, enak nggak di Palembang?” tanyaku kemudian
“Enak banget, soalnya ceweknya
cakep-cakep semua, jadi nggak pingin balik, tapi kan harus tetep balik” Dia
tertawa ringan
“Dasar Gombal, ingat Cinta bang,
Cinta tuh mau diapain?” aku mengingatkannya pada pacarnya
“Udahlah Zer, nggak usah sebut nama
dia lagi dech, abang muak dengernya, dia tuh,, ahh susah kalau abang ngomong”
katanya berusaha menepis pikirannya tentang Cinta “Eh Zer, Reki pa kabar?”
sambungnya mengalihkan pembicaraan
Aku kembali terdiam “Nggak tau bang,
dia udah nggak pernah lagi nelpon, sms, apalagi nemui aku, dia udah menjauh”
Suaraku tertahan ditenggorokan
“Zer, kamu nangis?, kenapa?” Dia
terburu
“Cinta bang, Cinta jahat sama aku”
akhirnya aku menangis lagi, hatiku terluka, aku tak sanggup lagi sembunyikan
lagi ini dari dari bang Praka yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
“Zer, Cinta udah lakuin apa sama
kamu, bilang sama abang, nggak usah takut, dia bukan siapa-siapa abang kok Zer,
abang sama dia nggak pernah pacaran, dia aja yang ngerasa sendiri, siapa juga
yang mau sama cewek yang cerewet dan ngomongnya nggak berpendidikan kek gitu, kek
nggak ada yang lain aja!” Katanya dengan nada jijik
“Abang tau, tadi pagi pas aku abis
shalat subuh Kysha Nelpon aku, katanya dia nggak bisa tidur sebelum sampein hal
ini ke aku, alasan kenapa bang Reki menjauh dari aku dan nggak mau juga
ngerespon sms sama telpon abang!” Kataku menangis
“Kysha bilang apa?” tanyanya
penasaran
“Nanti aku smsin ya bang, aku mau
istirhat, aku capek!”
®®®
Ini bukan hanya masalah kalau aku
takkan lagi jadi orang yang bisa dipercaya oleh orang yang sangat aku cinta,
tapi ini juga masalah penghianatan seorang sahabat yang telah tega menusuk aku
dari belakang tanpa aku tau kalau ternyata dialah kambing hitam semua kenyataan
ini, sementara aku masih dengan tekun menceritakan padanya betapa aku sangat
ingin bertemu dengan laki-laki yang kini telah menjauh dari ku, betapa aku juga
sangat mencintainya.
“Ibu sudah pernah bilang sama Zera supaya
tidak terlalu dekat dengan Cinta, Lulu adik sepupunya juga sudah ingatkan dia
supaya jangan berteman lagi dengan Cinta, karna Cinta itu bisa menjelma menjadi
jarum didalam daging, sakitnya terasa tapi kita nggak tau keberadaannya, bahkan
dia bisa menyelinap sampai ke pembuluh darah. Tapi,, kamu tau lah Praka Zera
itu orangnya seperti apa. padahal dulu dia juga sudah pernah disakiti sama Cinta,
dan masih mau memaafkannya, dia memang selalu dan terlalu gampang percaya
dengan wajah orang yang baik padanya, karna mungkin dia memang nggak pernah
menilai jahat orang lain, waspadanya juga kurang, ibu nggak tau lagi harus
ngomong apa Praka” Akhirnya ibu duduk di meja makan sambil meletakan Teh manis
yang dia buatkan untuk bang Praka
Aku masih berdiri menguping dipintu
dapur, sebenernya perutku sudah sangat lapar, tapi aku masih ingin mendengar
pembicaraan mereka.
Bang Praka meneguk minuman hangat buatan
ibuku itu, dan dengan perlahan meletakannya kembali dimeja “Saya juga sudah
pernah bilang sama Zera bu, akhirnya jadi seperti ini kan, Zera memang nggak
akan pernah bisa kita pengaruhi sebelum dia sendiri yang mengalami
kenyataannya, dia justru sangat marah kalau kita menceritakan keburukan
temannya atau siapapun padanya, kita bukan mengajarkan dia negative thinking
sama orang bu, kita hanya mengajarkannya agar lebih waspada dalam semua
kondisi, karna orang yang luarnya baik belom tentu baik juga dalamnya kan. Ibu
tau buah kedondong, begitulah gambaran Cinta, licin luarnya, berduri dalamnya”
katanya menatap ibu yang duduk dihadapannya
Ibu menghela nafas dalam “Ibu nurut
aja, apapun yang terbaik menurutnya ibu nggak akan jadi pagar pembatas Raka,
semua terserah dia, hanya saran ibu, jangan pernah buat ibu cemas. Ini bukan
masalah kecewanya saja Raka, tapi ini masalah psikologi nya, ibu takut dia akan
jadi depressi, sudah disakiti oleh Reki, sekarang justru disakiti sahabatnya
sendiri” Ibu menggeleng-geleng cemas dan prihatin
Air mataku terjatuh, aku tau ibuku
juga kecewa, aku yang biasanya berkoar-koar membanggakan pilihan hatiku, Reki.
Kini semua telah usai, semua hampir saja lenyap jauh seperti hidupku yang juga
hampir lenyap bersama luka hatiku yang kini di buat berdarah lagi oleh
sahabatku, sahabat terbaikku, bagiku, tapi aku tak pernah tau kalau ternyata
dia adalah ular berkepala dua, bahkan mungkin lebih.
®®®
Apa yang harus aku lakukan?, jauh
dilubuk hatiku terdalam aku masih mencintainya, aku masih ingin bersamanya, aku
masih ingin memiliki dirinya, memeluknya jauh kedalam diriku merasakan hidupnya
menyatu dengan hidupku, aku akan mati kalau dia pergi, aku akan mati kalau dia
mati, aku akan mati kalau dia memilih yang lain dan melupakan cintaku yang aku
beri tanpa takaran apapun untuknya, semua ketulusan dan cinta yang tak pernah
bisa aku sebutkan berapa jumlahnya ini hanya aku hadiahkan untuknya. Kenapa dia
tak pernah percaya kalau aku hanya bertahan hidup karna dia masih bernafas
didunia ini, aku ingin hidup selama dia masih hidup, walau aku harus terluka
karna cintanya.
“Sebenernya aku cemburu karna kamu
terlalu deket sama Cinta, aku cemburu karna kamu lebih memilih curhat
dengannya, menangis padanya, dan mengadukan semua masalahmu dengannya, bagiku
nggak masalah, mungkin, karna aku tau aku jauh dan hanya ada dia yang dekat
denganmu, jadi aku bisa ngerti. Aku pernah ingetin kamu untuk tidak terlalu
deket dengannya karna dari awal aku liat dia, kamu yang sangat baik ini memang
nggak pantas berteman dengan orang sepertinya, tapi aku nggak mungkin sampaikan
ini padamu, aku takut, aku tau kamu pasti akan marah, kamu kan nggak pernah
suka kalau kita negative sama orang. Aku bener-bener sakit hati karna aku sudah
menduga ini sebelumnya, aku benci sama dia, aku benci sama Cinta. Dia udah
lukain kamu Zer!” Maria behenti dari kalimat panjangnya sambil menyeka tetesan
kecil disudut matanya
Aku hanya terdiam mencoba merasuki
rasa kecewa sahabat terbaikku itu, sahabat yang selama ini selalu siap menjadi
sahabat curhatku sebelum kami terpisah dan melanjutkn kuliah ditempat berbeda
hingga akhirnya aku bertemu dengan Cinta, Maura dan Kysha saat aku kuliah
“Aku nggak rela kamu disakiti
seperti ini, aku ingin kamu lebih hebat dari yang sebelumnya Zer, jangan terus-terusan
dijebak sama rasa percaya kamu yang berlebihan, kamu boleh percaya dengan
siapapun, tapi tolong kamu bedakan antara kawan dengan lawan, jangan lagi-lagi
kamu jadi sakit hati” sambungnya menoleh lewat bahunya ke aku yang masih
berdiri tertunduk disamping kirinya
Aku mendehem, dan mencoba lega “Aku
benci Cinta Maria, aku bennnciiik banget, dia, dia dan sikapnya yang telah
memaksa malaikat berubah jadi monster jahat, dia yang memaksaku menjelma jadi
monster yang siap mencakar-cakar tubuhnya hingga melukai sampai ke jantungnya,
dia akan aku buat merasakan sakit yang jauh lebih sakit dari yang sekarang aku
rasakan, dia akan menderita, aku akan buat dia menangis kesakitan sampai dia
tak kuat lagi menghirup udara” Ucapku berang dan mata berkaca-kaca menatap
tajam jalan, dendam membara.
“Aku nggak percaya, kamu nggak akan
pernah bisa jadi jahat Zera!” katanya sambil menggeleng menepis pelan besi
pagar jembatan penyebrangan itu
“Tapi dia udah maksa aku untuk jadi
jahat, aku akan jadi malaikat penyelamat didepan matanya dan akan jadi jarum
yang lebih halus juga lebih tajam yang akan merasuk pelan ke jantungnya, dia
akan aku bikin mati kepanasan” Aku masih menunjukan wajah dendam, Maria masih
menggeleng tidak percaya dengan omonganku, karna memang ini bukan aku, ini
bukan aku, aku seperti ini karna dipaksa cinta.
“Kamu tau Maria, kalau saja sekarang
ada Cinta dihadapanku, akan aku tendang dia kebawah jembatan ini, biar ditabrak
sama mobil-mobil itu” Aku menunjuk garang ke jalanan, tapi Maria hanya menatapku
yang bekaca-kaca
“Sudahlah, jangan ubah dirimu
menjadi sepertinya, bukankah kamu sendiri yang pernah bilang sama aku, kalau
kamu dilempar orang lain pakai batu, maka jangan kamu lempar balik batu itu,
tapi lempar balik orang itu pakai roti, maka dia akan menyambutnya dengan baik,
kalau bukan kita yang memulai untuk baik, siapa lagi, kita nggak bisa hanya
menunggu orang berubah jadi baik, kalau memang kita sudah baik, cukup dengan
siapa kita, jangan merubah fitrah yang sangat disukai Tuhan Zer, fitrah kamu
untuk jadi orang baik mungkin juga untuk merubah Cinta menjadi lebih baik, kamu
tau, dendam nggak akan menyelesaikan masalah” Maria mengingatkanku pada pesanku
tempo hari padanya
“Cinta itu jahat Maria, kalau aku
bisa aku akan bikin lumat dia seperti cabe giling, kemudian aku rebus sampe
kering gosong” aku mencoba tuk sedikit menjauh dari keseriusan, mencoba
menenangkan hatiku
“Zera, menurut aku lupakan saja
masalah ini, kamu bisa ambil positivenya, kalau Reki memang sayang sama kamu
harusnya dia nggak mempan sama fitnah kuno kek gitu, harusnya dia lebih percaya
sama kamu, cinta itu terbina karna ada rasa saling percaya Zer, kalau pun kamu
harus balas dendam ke Cinta apa semua itu akan membuat Reki kembali ke kamu
seperti dulu?, kita nggak tau kan, kalau memang jodoh dia nggak akan kemana
Zer, Reki pasti akan kembali kesini tanpa perlu kamu jelaskan apa-apa padanya,
karna kalau dia memang jodoh dan dia juga mencintaimu, tanpa kamu melakukan
apapun dia akan tetap jadi milikmu Zer. Kamu pemaaf, kamu Zera, seorang sahabat
kebanggaanku, aku yakin kamu seperti ini karna kamu terlalu cinta dengan Reki,
kamu biasanya gampang memaafkan, tapi walau apapun dan sehebat apapun rasamu
untuk Reki, kuharap itu nggak akan merubahmu mejadi monster apapun, aku ingin
Zeraku yang baik dan pemaaf” katanya menepis pelan pundakku
Walau rasa ini masih belum bisa ku
mengerti, tapi kepalaku tetap saja mengangguk memahami maksud Maria “Maria!”
Aku mengambil tangannya “Kalau aku berubah jadi jahat, apa kamu masih mau
berteman denganku?, apa kamu masih mau jadi sahabatku seperti dulu waktu kita
masih SMA?” Tanyaku dengan air mata berlinang, dia hanya tersenyum menatapku
“Apa kamu akan ilfeel denganku?” Sambungku mengangguk meminta jawaban
Dia mengambil tanganku yang satu
lagi dan mengenggamnya erat “Zera, kamu adalah sahabat terbaikku, aku sangat
mengenalmu, kamu adalah Zera kebanggaanku, seorang sahabat yang bisa buat aku
menangis kalau dia dekat dan punya sahabat yang lain, karna aku bahagia punya
sahabat sepertimu sehingga nggak rela kamu diambil sahabat lain, kalau Cinta
menyakitimu, kamu nggak perlu menjadi orang jahat dan berusaha untuk menjadi
jahat demi membalas sakit hatimu pada Cinta, kamu hanya perlu ingat, susah dan
bahagiamu adalah susah dan bahagiaku, aku nggak akan pernah pergi dan nggak
akan pernah ilfeel Zera” Katanya tersenyum disela deraian air matanya
Aku memeluknya, dia memang selalu
ada untukku, walau Cinta menyakitiku, walau Cinta melukaiku tapi aku selalu
punya Maria sahabat yang selalu ada untukku, selalu ada, walau saat dia jauh,
saat dia dekat, saat aku menangis, saat aku tertawa, saat aku berhayal dengan
segudang cita-cita, saat aku terluka karna cinta. Dialah sahabat yang akan
terus ada di hatiku, ada, ada, dan terus ada, dia nggak akan pernah kulepas pergi,
pergi dekat, atau lebih jauh.
®®®
“Zer, biar bagaimanapun Zera adalah
sahabat Kysha, bukan Kysha adu domba Zera sama Cinta. Tapi Zera harus tau ini.
Selama ini kita semua heran kenapa bang Reki pergi dan berubah tanpa keputusan
apapun. Zera tau nggak siapa sebenernya yang udah adu domba Zera sama bang
Reki? CINTA, malaikat yang selalu sok suci dihadapan Zera. Cinta lah yang udah
ngadu sama bang Reki dan bilang kalau Zera sama bang Praka itu selingkuh. Cinta
nelpon bang Reki didepan Maura, bang Reki kaget denger pengaduan Cinta tentang
Zera yang dia bilang selingkuh sama bang Praka. Cinta juga bilang sama Maura
kalau dia akan buat Zera sama bang Reki itu putus dan nggak akan pernah bersatu
sampai kapanpun. Dia lakuin itu karna dia marah dan cemburu liat Zera deket
sama bang Praka. Gitulah sifat sahabat Zera itu. Cinta, berwajah malaikat tapi
hatinya jahat”
Air mataku menetes pelan, dua kali
membasahi kedua pipiku, hatiku masih saja menangis, menangis sedih jauh lebih
sedih dari mataku yang kini menangis, ku hapus pesan yang dikirim Kysha itu,
pesan yang sudah dibaca oleh bang Praka, Ibu, kak Naysa, bang Narta, dan
sahabatku Maria. Mereka sudah tau, bagiku udah cukup buatku tenang, aku hanya
berharap kalau mereka tidak akan lagi marah pada bang Reki kekasih yang hingga
kini masih belum mau menghubungiku.
Ku delete pesan itu, kalau aku terus
baca pesan itu mungkin hanya akan menyakitkan kembali lukaku yang perih,
berdarah lagi hingga menyisakan dendam membara yang harus kubayar segera. Tapi
tidak, hatiku lebih mencerna kalimat-kalimat penyejuk yang tadi disampaikan
sahabatku Maria padaku, aku tidak boleh mendendam, tak ada yang perlu
kusalahkan, bagiku sekedar tahu saja itu sudah cukup, membalas dengan hal yang
sama justru akan membuat perlakuan Cinta menjadi lebih buruk padaku, aku tak
mau Cinta merasakan pembalasannya dariku, biarlah dia merasakan sendiri imbas
dari sifatnya yang tidak baik itu.
Cinta, walau cinta melukaiku, bagiku
cinta yang telah pergi yang begitu indah dan hingga kini telah bersemayam indah
dihatiku telah jadi penawar rasa sakit yang perlahan mungkin akan mengobati
luka itu. Luka ini nggak akan lebih sakit dibanding penyesalan yang akan timbul
kalau aku menjadi jahat dan melakukan kejahatan seperti yang cinta lakukan
padaku. Cinta, cukup bagiku pernah dekat dan mengenalnya, tapi cinta yang
pernah singgah dan belum sempat kembali akan aku simpan sehingga aku bisa
memeluknya seperti dulu lagi, aku menunggumu Cinta, mengobati lukaku ini, aku
menunggu.
=The End=
Special 4 Reader :
Cinta, bukan cinta yang menyakitimu
Tapi belenggu yang mengikat erat di hatimu
Lepaskan belenggu itu sehingga kamu bisa
bebaskan hatimu
Bebas menentukan kebijakan penting yang lebih
diridhoi Tuhanmu
Tanpa menaruh dendam dan tetap berpegang pada
satu cinta
Cinta terindah yang menjaga kamu dari segala
macam salah
Walau tak jelas waktunya, cinta pasti akan
mendekat
Mendekat dengan cara yang terhormat.
Karna cinta yang tulus
Tidak memerlukan pembuktian, penjelasan, dan
tindakan
(writer : Wira Juwita/10042011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar