Kemudian kami berjalan kembali setelah lama bercerita tentang cita-cita kami kalo nanti sudah tamat SMA, semoga cinta ini akan utuh slamanya, mimpi sejauh dan selama apapun akan kutunggu karna kami akan wujudkan mimpi-mimpi itu tuk buktikan pada orang tua kami kalau kami bisa wujudkan cita-cita kami yang juga cita-cita mereka.
“Hati-hati dijalan ya Nay J “ Adji tersenyum padaku disela ucapannya
“kakak juga yach” aku balas tesenyum dan dia hanya mengangguk
“ya sudah,, kakak jalan dulu, tuh jemputan Nayla udah dateng” katanya menujuk abangku yang dateng dengan motor
Selalu bersama dan bermimpi bersama, ga ada yang gak indah kalo bisa slalu didekat Adji, walaupun ada satu orang temannya yang tidak suka aku pacaran sama Adji tapi Adji fine-fine aja tuh. Kalo teringat saat pertama kali kenalan aku bersyukur banget pas MOS hari pertama aku dateng terlambat, sampe aku dihukum sama ketua osis aku sendiri dan kemudian aku pingsan, dan kemudiannya lagi ditungguin sampe sadar dan ditawarin minum, memang bener-bener ketua osis yang baik. Nah sekarang dia jadi orang yang aku sayangi dalam hatiku.
“udah selesei makannya?” Tanya Abangku yang duduk dihadapanku
“dikit lagi bang, ntar meja makannya Nay beresin koc, gak kek kemaren lagi!” sungutku
Abangku malah tersenyum geli dengan ucapanku “maksud abang tuh abang mau ngomongin sesuatu” jelasnya
“ooww,,” kataku melanjutkan makan
Aku terduduk sedih setelah mendengarkan penjelasan abangku, kalimatnya dan kalimat kakak iparku masih terngiang jelas ditelingaku “Dio pernah liat kamu dikantor waktu kamu nganter FD abang yang waktu itu ketinggalan dirumah, dan dia langsung bilang sama orang tuanya, dan papa Dio itu yang kemaren nemui abang dan bilang kalo Dio mau sama kamu, dia akan tunggu bahkan sampe kamu tamat kuliah nanti, sekarang kamu sekolah dulu, kemudian kuliah dan abis kuliah kita bahas lagi ini nanti,, dan ingat ya Nay, Nayla gak boleh pacaran” begitu kalimat yang terlontar dari mulut abangku
Dan “bukannya kamu pingin kayak kakak” sambung kakak iparku tersentyum
Aku menoleh kedinding dekat meja belajarku, disana tertempel sebuah kalimat awam yang aku print dengan warna pink “AKU INGIN JADI IBU BHAYANGKARI PENDAMPING BHAYANGKARA”. Kalimat singkat itu aku print waktu aku masih duduk dibangku kelas dua SMP, sebenernya bukan iseng, tapi itu bener-bener keinginan yang terlahir dari lubuk hatiku terdalam. Makanya sejak dulu aku pacaran pasti aku suruh pacar aku agar bercita-cita jadi polisi, bagi yang gak mau nurut pasti aku putusin.
Bel tanda istirahat berkhir hampir berbunyi, tapi lidahku masih saja kelu untuk mengutarakan isi hatiku pada Adji, aku ingin cerita kejadian kemaren pada Adji, aku ingin dia tau kalo aku yang masih berseragam abu-abu ini udah ditandai seseorang untuk jadi bakal istrinya kelak, yang bahkan dia mau menunggu lama.
“Nay mau bilang apa?, bilang aja nggak pa-pa kok, kakak siap denger!” dia tersenyum padaku
Aku takut akan menyakiti hatinya dan membuat dia tersinggung, tapi aku tetep harus sampaikan semua ini padanya, karna baru kemaren kami berangan-angan bahwa suatu hari nanti kami pasti akan menikah. Akhirnya bel masuk berbunyi, jantungku antara tenang dengan makin gak karuan, aku gagal bercerita dan menutupi semuanya dari orang yang aku sayang. Padahal kami sudah berjanji akan membagi apapun masalah yang kami hadapi.
“Ya udah, karna udah bel masuk kita ceritanya ntar aja ya,, Nay masuk kelas sana. Kakak juga mau masuk kelas dulu” katanya yang lagi-lagi tersenyum
Oh Tuhan, kenapa senyuman laki-laki ini begitu menyejukan sampai kepalung hatiku terdalam, seperti punya irama tersendiri yang bisa buatku terbuai dan terlelap dengan tenang setiap kali dia tersenyum padaku, aku makin dan makin mencintainya, aku tak mau kehilangan Adjiku yang senyumnya bahkan lebih manis dari madu atau lautan keju. Gak seorangpun yang boleh gantiin posisi aku dihatinya
“jadi Dio itu anaknya senior abangnya Nay, Kabagmin Polres?” Tanya Adji padaku dengan nada yang sendu dan tidak diiringi senyum seperti biasanya. Aku hanya mengangguk, dan dia hanya terpana menatapku dalam “Nay masih ingat cerita kita kemaren kan?, ingat kakak bilang kakak pingin jadi Pembuat komik terkenal dan pingin kuliah ke Paris?” katanya mengingatkanku dan aku hanya mengangguk “ kakak tau semua tu jauh dan malah terlalu jauh seperti mimpi yang tak mungkin kita dapati, tapi kakak optimis, kalau orang lain aja bisa, kenapa kita gak?” katanya menunjukan wajah optimis “dan sejauh apapun kakak bermimpi dan bercita-cita, suatu saat nanti bila tiba waktunya kakak tetep hanya pingin menikah dengan Nay,, dan,,
“Nay pingin jadi ibu Bhayangkari kak!” kataku tertunduk memotong kalimatnya
Dia mendalami wajahku yang tertunduk sedih, dia seperti ingin membawaku kedunia mimpiku yang lama kuingin, dia seperti memahami apa yang aku pingin, dan ingin menjadi orang yang bisa mengabulkan permintaanku. Tak terasa air mataku menetes pelan dan membasahi pipiku, jarinya mengusap pelan dipipiku sebelum air mata itu sampai ke daguku “Kakak akan jadi Bhayangkara untuk Nay J “ katanya tersenyum padaku
Kuangkat wajahku dengan bersemangat dan mencoba tuk tersenyum, dia balas tersenyum “Gak siapapun boleh ambil Nay dari kakak, kakak akan jadi apa yang Nay pengen, karna kakak ingin jadi orang yang akan mendampingi Nay slamanya” katanya tersenyum “udah jangan nangis lagi doung,, dasar manja!” sambungnya mencubit pipiku
Aku manyun karna cubitan itu selalu dan selalu mendarat dipipiku “Eits, ibu Bhayangkari gak boleh nangis and gak boleh manja!” katanya tersenyum mengancam dan kemudian tersenyum melihatku yang malah makin manyun, dia tertawa lepas saat aku cubit balik pipinya yang lucu
“jamputan Nay udah dateng tuh, Nay pulang ya,, trus kalo ntar nyampe rumah langsung cuci muka kaki tangan, shalat, makan siang and tidur siang,, gak boleh kecapean yach!” pesan Adji padaku yang kemudian berdiri disampingku yang masih duduk mendengar nasehatnya. Dia ulurkan tangannya padaku, kusambut uluran salam tangannya dan kubawa kekeningku “Jangan lupa berdoa buat kita yach,,, dan jangan lupa juga berdoa buat Bhayangkara negri ini” katanya tersenyum dan aku mengangguk pasti.
Sampai akhirnya tiba hari kami harus mengucapkan satu perjanjian yang terlalu menyakitkan untukku, aku akan menginjakkan kaki dibangku kelas tiga saat Adji telah menerima Ijazah kelulusan SMA “Kakak akan buktiin sama Nay kalau kakak pasti bisa jadiin Nay ibu Bhayangkari, makasih doanya ya Nay, kakak udah lulus dengan nilai terbaik, semua karna dukungan dan doa Nay” katanya menggenggam tanganku
“Tapi kan gak harus dengan cara gak boleh komunikasi kan kak?” tanyaku sedih
“kakak pasti balik Nay, kalau kakak nanti udah lulus dan udah pendidikan, Nay adalah orang yang akan dampingin kakak saat pelantikan” katanya membujuk
Tapi air mataku terjatuh, ada perasaan takut yang perlahan menyusup dihatiku, perasaan takut yang semakin buat air mataku tak terbendung. Aku takut jauh darinya dan aku seperti akan kehilangannya. Walaupun selama ini kami hanya berpacaran dan ketemu disekolah tapi itu semua buatku terasa sangat dekat dengannya. Aku akan sendiri setiap jam istirahat, gak ada lagi orang yang menungguku dibawah pohon cinta dibelakang sekolah setiap bel istirahat berbunyi, gak ada lagi orang yang menemaniku menunggu jemputan setiap kali aku pulang sekolah, gak ada lagi orang yang akan membantuku setiap kali ambil nilai pelajaran olah raga atau menemankan aku mencari tugas dipustaka, gak ada lagi orang yang siap belain aku tiap kali dipojokin sama anak-anak usil disekolah, gak akan ada lagi orang yang tiap hari mengingatkan aku ini itu sebelum pulang sekolah, dan gak akan ada lagi orang yang minta dukungan tiap kali dia akan tanding atau minta temankan latihan basket di Gedung olah raga.
Komitmen ini hanya antara aku dan Adji, gak ada yang lain yang terlibat disini. Dari hari kehari aku terus berdoa untuk kelulusan tiap tes yang dilaluinya, berdoa untuk kesehatannya agar dia bisa lalui semua tes dengan baik, gak sedikitpun terniat tuk mendua walau banyak godaan dari temen-temen yang nawarin diri untuk gantiin Adji dihati aku. Gak satupun dari mereka yang akan bisa masuk dihatiku, aku masih ingat jawaban Adji saat kutanya kenapa dia mencintaiku dan memilihku “Saat hati kita menjatuhkan pilihan untuk mencintai dan memilih seseorang, membukakan pintu hati kita tuk dia, itu artinya kita tidak akan pernah lagi mencintai orang lain dan menutup pintu hati untuk yang lain. Saat Nay masuk, pintu itu langsung terkunci rapat, gak ada siapapun yang bisa keluarin Nay dari sana, juga gak akan ada yang akan menemani Nay disana, hati kakak diciptakan hanya buat Nay”
Sampai pada akhirnya aku tau dia lulus semua tes dan dapat melewati dengan baik tes terkhir, tak habis aku bersyukur karna ternyata Allah mendengarkan doaku dan sepertinya mendengar cita-cita suci kami. Adji sedang mewujudkan cita-citaku untuk bisa jadi ibu Bhayangkari, bahkan dia mengubur dalam cita-citanya demi mewujudkan harapanku yang lama. Tapi sampai saat ini aku masih belum dapat kabar darinya, gak mungkin aku menyusulnya ketempat dia pendidikan, karna aku gak boleh kesana, aku udah janji akan hadir dihari pelantikannya saja.
Biskota yang aku tumpangi berhenti disebuah halte, disana naik seorang siswa magang dan memilih duduk disampingku, karna ini hari sabtu kuyakin dia IBL dan bisa pulang kerumah. Sungguh aku ingin sekali bertanya padanya apakah dia kenal dengan Adji ku “mau kemana dek?” Tanya cowok iu tersenyum padaku
Lama-lama cerita, perjalanan yang cukup jauh buat kami menjadi cukup akrab, akhirnya diakhir cerita aku paksakan diri untuk bertanya “Joky kenal Adji gak?” tanyaku menggigit bibir
Joky tersenyum padaku sambil mengangguk, “Kalau gitu, pasti kamu Nayla bukan Farah seperti yang tadi kamu bilang?” tebak joky
Aku tertegun malu karna ketauan berbohong dengan bilang namaku Farah, aku berusaha mengangguk pelan “yah,, aku Nayla!” jawabku tertegun
“Adji sahabat baik aku di SPN, dia anak yang baik, ramah lingkungan, sopan, dan yang paling penting dia tuh tipe anak yang setia kawan,, pernah suatu hari buku aku hilang, dia satu-satunya temen yang mau bantuin nyari sampe buku aku itu ketemu, tapi akhirnya dia minta dipijitin karna katanya pungungnya pegel gara-gara seharian nunduk-nunduk nyari buku aku itu…. Hahahhaa” samburan tawa Joky diakhir ceritanya seperti sedang mengingat kejadian itu
“Ga usah sedih Nay,, dia gak pernah lupain kamu, dia sayang banget sama kamu, aku udah tau banyak tentang kamu karna satu jam sebelum tidur adalah saatnya kami bercerita tentang seorang gadis baik yang bernama Nayla J “ joky tersenyum
Air mataku menetes, aku terpaku mengingat bagaimana dia saat bercerita pada Joky tentang aku. Berusaha bibirku mengumbar senyum untuk mebalas senyuman Joky tapi aku gak bisa, malah air mataku makin deras mengalir “Nay kangen Adji Jok” kataku terpatah-patah
Joky tersenyum “Dia lebih kangen kamu Nay, karna kalo bukan karna kangen dia nggak mungkin cerita tentang kamu terus ke aku, bahkan untuk menandai baju-bajunya diasrama, kan kalo diasrama baju-baju kita dikasih nama tu biar gak ketuker ma temen, dia bikin nama kamu, dia bikin NAY” kata Joky tersenyum seperti membayangkannya
“Trus tau ga Nay pernah suatu hari dia ngigo dan treak-treak manggil nama kamu, bikin bangun anak-anak asrama, laah akhirnya Adji dihukum masuk kolam susu tengah malam gitu,, hahhahaa” lagi-lagi Joky tertawa membayangkan kejadian di SPN
Joky makin dekat dan hampir tiba ditujuannya “Nay, dia pingin kamu sukses, kuliah yang rajin ya, sekarang kamu bukan siswa SMA lagi, minggu depan udah mulai kuliah kan?, jadi harus mandiri, aku yakin kamu masih ingat pesan-pesan Adji dulu sebelum kalian pisah pas pulang sekolah” dia tersenyum padaku dan aku hanya tercengang karna ternyata Adji telah bercerita banyak tentangku pada Joky “kita pelantikan sabtu depan, kamu harus dateng!” joky tersenyum dan berdiri karna dia sudah sampai ditujuannya, dia mengulurkan jabatan persahabatan ”Friend” katanya lagi tersenyum, aku jawab uluran tanganya dan membalas senyumannya “Besok kalo kamu udah nyampe SPN kamu telpon aku aja, aku akan bawa kamu ke Adji,, bye Nay” katanya dan berlalu turun dari biskota
Adji magang diPolda, kalau aku mau aku bisa menyusulnya kesana sebelum hari pelantikannya, aku ingin sekali bertemu dengannya, aku sangat merindukannya, aku kangen senyumnya, senyumnya bagai menular ke sahabatnya Joky, senyuman Joky yang berkali-kali buatku makin tak bisa nahan diri untuk bertemu dengannya. Aku akan minta Joky untuk terus ngasi informasi tentang Adji, aku busa nelpon Joky kapan aja, dan aku juga bisa minta nomer baru Adji pada Joky.
Sukses Bhayangkaraku, aku tak bisa menghadiri hari pelantikanmu seperti perjanjian kita dulu, aku sangat ingin pergi tapi aku gak bisa karna ada kuliah yang gak bisa aku tinggalkan, berkali-kali SMS Joky masuk menanyakan aku dimana dan udah sampai mana. Aku tak bisa datang, tapi aku akan datang saat ada syukuran dirumahnya nanti.
Dua bulan sudah sejak hari pelantikan itu, aku masih belum bisa menghubungi Adji ku, aku masih belum bisa berkomunikasi dengannya apalagi untuk bertemu. Adji ku telah mengingkari semua janji-janjinya, aku membencinya, aku betul-betul membencinya, tiap hari kusampaikan curhatku pada Joky, malah terkadang saat curhat Joky lagi duduk disamping Adji, tapi dia tidak hirau dengan siapa Joky berbicara, Joky yang berkali-kali memanggil namaku sedikitpun tak membuat Adji penasaran. Kenapa adji tidak memberikan aku penjelasan apa-apa, kenapa dia malah menjadi orang yang paling kubenci dan menjadi penghianat.
“Dia lebih tersiksa Nay, aku harap kamu bisa hargai keputusan dia, dia seorang laki-laki, seorang laki-laki harus bisa bener-bener jadi laki-laki Nay, dan untuk menjadi seorang laki-laki menurut aku apa yang dilakukakan Adji itu udah bener. Kalau aja dia tau dari awal kalau yang membantu dia masuk Polisi itu adalah Papanya bang Dio dan bang Dio itu juga senior kami, mungkin Adji akan menolak Nay, tapi semua udah terlambat, Adji baru tau setelah dia mulai pendidikan, itupun dia tau dari Sms papanya yang salah kirim ke Adji” jelas Joky
“Lebih menghargai orang lain, tapi tidak menghargaiku!” jawabku menitikkan air mata didepan Joky
“Kamu tau Nay, Adji lari kebelakang Gedung Tribrata karna tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menangis,, karna harusnya saat itu ada kamu, ada Nay calon ibu Bhayangkari yang dia impikan akan mendampinginnya slamanya, dia tinggalkan mimpi-mimpinya buat kamu Nay,, tapi ternyata alur ceritanya berbeda, semua tidak seperti yang dia pengen” balas Joky “Itulah saat terlemah Adji selama aku berteman dengannya, dia tak bisa lagi sembunyikan air matanya. Dia sangat ingin menyampaikan hari pelantikannya sama kamu dan memesankan sama kamu baju apa yang harus kamu pakai” sambung Joky “karna, Tanpa bersamanyapun kamu akan tetap bisa jadi ibu Bhayangkari Nay” Joky memperjelas, sementara aku memahami maksud kalimat terakhir Joky yang membuat aku tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, berat Tuhan.
Pilihan terpenting dalam hidup memang sulit untuk ditentukan, aku bisa memahami apa yang dirasakan Adji, aku malah harus memaksakan diri untuk tetap memahaminya, walau sesungguhnya aku tak akan pernah bisa paham dengan keputusannya. Apa dia tak mengerti betapa tlah lama aku menunggu saat-saat seperti ini. Walaupun aku tidak harus jadi ibu Bhayangkari aku ingin tetap bersamanya Tuhan, aku hanya mencintainya, aku lebih memilih dia yang menjadi penulis komik dari pada harus jadi Bhayangkara tapi dia tidak bisa lagi kumiliki. Terlambatkah untuk aku bisa kembali bersamanya Tuhan?, Terlambatkah untuk mengulang semua dari awal?
Biarlah waktu yang jawab semua, siapapun kamu dan jadi apapun kamu aku tetap hanya mencintaimu, tak satu orangpun yang bisa mengusir aku dari hatimu dan tak seorangpun yang bisa gantiin posisi kamu dihatiku. Kamu adalah Bhayangkara kebanggaanku, kamu adalah pahlawan yang tak mungkin berhenti kukenang sampai aku mati. kamu dan cintamu telah ajarkan aku bahagia dan terluka, cintamu dan pengorbananmu telah ajarkan aku bagaimana cara mencinta, pengorbananmu dan ketulusanmu telah ajarkan aku bahwa setia bukan berarti kita harus bersama, tapi setia adalah ada atau tanpa kamu bersamaku aku akan tetap cinta.
Semoga bahagia Bhayangkaraku, Aku kan terus mencintaimu….